KELUARLAH DARI SYIRIK DENGAN TAUBAT
Wejangan
Spiritual Hazrat Maulana Syaikh Abdul Qadir al Jilani
Diambil
dari kitab “Fath al Ghaib” (Pembuka Rahasia Kegaiban)
Keluarlah
dari dirimu sendiri dan serahkanlah segalanya kepada Allah. Penuhi hatimu
dengan Allah. Patuhlah kepada perintah-Nya dan larikanlah dirimu dari
larangan-Nya, agar nafsu badaniahmu tidak memasuki hatimu setelah ia keluar.
Untuk membuang nafsu-nafsu badaniah dari hatimu, kamu harus berjuang melawannya
dan jangan menyerah kepadanya dalam keadaan bagaimanapun juga dan dalam tempo
kapanpun juga. Oleh karena itu, janganlah menghendaki sesuatu yang tidak
dikehendaki oleh Allah. Kehendakmu yang tidak sesuai dengan kehendak Allah
adalah kehendak nafsu badaniah. Jika kehendak ini kamu turuti, maka ia akan
merusak dirimu dan menjauhkanmu dari Allah.
Patuhilah
perintah Allah, jauhilah larangan-Nya, bertawakallah kepada-Nya dan jangan
sekali-kali kamu menyekutukan-Nya. Dia-lah yang telah menjadikan nafsu dan
kehendakmu. Oleh karena itu, janganlah kamu berkehendak, berkebutuhan atau
bercita-cita untuk mendapatkan sesuatu, agar kamu tidak tercebur ke lembah
syirik. Allah berfirman :
“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal saleh, dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.” (QS 18:110) .
“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal saleh, dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.” (QS 18:110) .
Syirik
itu bukan melulu menyembah berhala, tetapi termasuk juga di dalamnya adalah
menuruti hawa nafsu dan menyekutukan apa saja yang ada di dunia dan di akhirat
dengan Allah, karena apa saja selain Allah bukanlah Tuhan. Oleh karena itu,
jika kamu tumpukan hatimu kepada sesuatu selain Allah, berarti kamu telah
berbuat syirik. Maka, janganlah kamu menyekutukan Allah dengan jalan apapun
juga, baik dengan jalan kasar maupun dengan jalan halus. Berjaga-jagalah selalu
dan jangan berdiam diri, berhati-hatilah selalu dan waspadalah, semoga kamu
beroleh keselamatan.
Segala
kedudukan dan kebaikan yang kamu peroleh, jangan kamu katakan bahwa ia datang
dari kamu sendiri atau kepunyaan kamu yang sebenarnya. Jika kamu diberi sesuatu
atau kenaikan pangkat kedudukan, janganlah kamu hebohkan kepada siapapun.
Sebab, ia dalam pertukaran suasana dari hari ke hari itu, Allah selalu
menampakkan keagungan-Nya dalam aspek-aspek yang senantiasa baru, dan Allah
berada di antara hamba-hamba-Nya dengan hati-hati mereka.
Boleh
jadi apa yang dikatakan sebagai milik kamu itu akan dilepaskan-Nya dari kamu,
dan boleh jadi apa yang kamu anggap kekal itu akan berubah keadaannya.
Sehingga, jika hal itu terjadi kamu akan merasa malu kepada mereka yang kamu
hebohkan itu. Maka, lebih baik kamu berdiam diri, simpan pemberian itu di dalam
pengetahuan kamu saja dan tidak usah kamu sampaikan kepada siapapun. Jika kamu
miliki sesuatu, ketahuilah bahwa itu adalah karunia Allah, bersyukurlah
kepada-Nya dan mohonlah kepada-Nya supaya Dia menambahkan nikmat-nikmat-Nya
kepadamu. Jika sesuatu itu lepas darimu, maka Dia akan menambah ilmumu,
kesadaranmu dan kewaspadaanmu.
Allah
berfirman : “Apa saja ayat yang Kami nashkhkan atau Kami jadikan (manusia)
lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik dari padanya atau yang sebanding
dengannya. Tidakkah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Yang Maha Kuasa
atas segala sesuatu ?” (QS 2:106)
Oleh
karena itu, janganlah kamu mengira bahwa Allah tidak berkuasa atas segala
sesuatu, janganlah kamu menduga bahwa ketentuan dan peraturan-Nya mempunyai
kekurangan dan janganlah kamu merasa ragu akan janji-Nya. Contohlah Nabi besar
Muhammad SAW, ayat-ayat yang diwahyukan kepadanya dipraktekkan, dibaca di dalam
masjid, ditulis di dalam buku, diambil dan ditukar dengan yang lainnya, dan
perhatian Nabi diarahkan kepada wahyu-wahyu yang baru diterimanya yang
menggantikan ayat-ayat yang telah lama. Ini terjadi dalam masalah-masalah hukum
yang zhahir. Berkenaan dengan masalah-masalah kebathinan, ilmu dan kondisi
kerohanian yang didapatinya dari Tuhan, beliau senantiasa berkata bahwa hatinya
selalu diliputi, dan beliau memohon perlindungan kepada Allah sebanyak
tujuhpuluh kali di dalam satu hari. Juga diceritakan bahwa sebanyak seratus
kali dalam sehari Nabi dibawa dari satu keadaan kepada satu keadaan yang
lainnya yang dengan itu beliau dibawa menuju peringkat yang paling dekat kepada
Allah. Beliau mengembara ke alam yang maha tinggi sambil diselubungi oleh
‘nur’, dari satu peringkat kepada peringkat lainnya yang lebih tinggi.
Tiap-tiap beliau menaiki satu peringkat, maka peringkat yang di bawahnya itu
tampak gelap jika dibandingkan dengan peringkat atas itu. Semakin tinggi beliau
naik, semakin bersinarlah nur Allah meliputi hati sanubarinya. Beliau
senantiasa menerima pengarahan supaya memohon ampunan dan perlindungan Tuhan,
karena sebaik-baiknya hamba Allah itu adalah mereka yang senantiasa memohon
ampunan dan perlindungan Allah dan senantiasa pula kembali kepada-Nya. Ini
dimaksudkan untuk menyadarkan kita bahwa kita ini mempunyai dosa dan kesalahan
yang keduanya terdapat pada hamba-hamba Allah di dalam seluruh aspek
kehidupannya, sebagai ahli waris Adam as, bapak seluruh manusia dan hamba
pilihan Allah. Manakala kelalaian terhadap perintah Allah telah mengaburkan
cahaya kerohanian Adam dan beliaupun menampakkan keinginannya untuk kekal hidup
di surga berada di samping Tuhan, dan Tuhanpun berkehendak mengantarkan
malaikat Jibril kepada beliau, maka ketika itulah kehendak diri (ego) beliau
nampak, kehendak Adam bercampur dengan kehendak Allah.
Oleh
karena itu, kehendak beliau dihancurkan, keadaan pertama itu dihilangkan,
kedekatan kepada Tuhan di masa itu dihilangkan, cahaya keimanan yang bersinar
terang itu berubah menjadi pudar dan kesucian rohani beliau telah menjadi
sedikit kotor. Kemudian Allah hendak memberikan peringatan kepada beliau,
menyadarkan beliau akan dosa dan kesalahannya, memerintahkannya untuk mengakui
kesalahan dan dosanya serta meminta ampun kepada Allah. Adam as berkata, “Wahai
Tuhan kami, sesungguhnya kami telah berbuat aniaya terhadap diri kami sendiri.
Jika Engkau tidak mengampuni kami dan mengasihani kami, sudah barang tentu kami
termasuk dalam golongan orang-orang yang merugi”. Kemudian datanglah petunjuk
kepada Beliau, kesadaran untuk bertobat, pengetahuan tentang hakikat akibatnya
dan ilmu hikmah yang tersembunyi di dalam peristiwa inipun tersingkaplah.
Dengan kasih sayang-Nya, Allah menyuruh mereka supaya tobat. Setelah itu,
kehendak yang timbul dari Adam diganti dan keadaannya yang semulapun dirubah,
maka diberikanlah kepadanya jabatan “Wilayah” yang lebih tinggi serta diberi
kedudukan di dalam dunia ini dan di akhirat kelak. Maka jadilah dunia ini
sebagai tempat tinggalnya dan tempat keturunannya, dan akhirat kelak adalah
tempat kembalinya yang kekal abadi.
Jadikanlah
Nabi besar Muhammad SAW ; seorang Rasul dan kekasih Allah, hamba-Nya yang
pilihan itu; dan Adam, yaitu bapak seluruh manusia dan hamba pilihan Allah,
sebagai contoh dan tauladan. Contohlah mereka berdua di dalam hal mengakui
kesalahan dan dosanya sendiri, di dalam meminta ampun kepada-Nya dan di dalam
memohon pertolongan-Nya dari segala noda dan dosa. Dan contohlah mereka di
dalam hal merendahkan diri kepada Allah, karena manusia adalah mahluk yang
lemah dalam segala halnya.
No comments:
Post a Comment