KAROMAH
Dalam
kitab al-Futuhat, Ibnu 'Arabi menyebutkan kitabnya yang berjudul Mawaqi'
al-Nujum, yang sering dipujinya sebagai kitab yang sangat bagus dalam mengupas
masalah karamah yang muncul dari anggota-anggota tubuh yang taat. Anggota tubuh
itu adalah mata, telinga, lidah, tangan, perut, kemaluan, kaki, dan hati.
Apabila masing-masing anggota tubuh menaati hukum syara' dan dilakukan oleh
orang yang bertanggung jawab, maka akan muncul karamah. Dalam kitab tersebut
disebutkan berbagai pengetahuan, rahasia ilmu hakikat, dan manfaat ilmu
syariat.
Mata
Di
antara karamah mata jika digunakan untuk melakukan ketaatan dan menjauhi
kemaksiatan adalah mampu melihat tamu dari jarak jauh sebelum ia datang, bisa
melihat dari balik dinding tebal, melihat Ka'bah ketika shalat, dan lain-lain.
Di antara karamah lainnya adalah dapat menyaksikan alam malakut spiritual baik
malaikat, penghuni ketinggian (mala'ul a'la), jin, Nabi Khidir, dan para Abdal.
Di
antaranya pula ada yang dibukakan baginya alam ghaib di hadapan pandangan
matanya, sehingga ia dapat melihat apa saja yang terselubung di sebalik
dinding, bahkan ia dapat mengetahui apa yang dilakukan oleh orang dirumahnya.
Di antaranya pula ada yang diberi karamah kasyaf. Misalnya jika seorang wali
mendatangi rumah seorang yang telah berbuat zina atau mabuk atau mencuri atau
berbuat maksiat, maka wali itu dapat mengetahuinya, seperti yang terjadi pada
Syeikh Ibnu Arabi. Mukasyafah semacam ini dikhususkan bagi mereka yang hidup
secara wara’. Di antaranya pula ada yang diberi karamah dapat mengetahui gerak
gerik orang, misalnya seorang wali bergerak hatinya ingin bertemu dengan
gurunya, maka gurunya segera hadir di hadapannya. Ada pula jenis karamah berupa
didatangkannya sebuah pohon kepada seorang wali, kemudian wali itu menikmati
buah dari pohon yang hadir di hadapannya. Di antaranya pula ada yang diberi
karamah dapat mengetahui segala jenis batu-batu mulia dan logam-logam mulia
yang ada di perut bumi, meskipun demikian, seorang wali yang diberi karamah
jenis ini tidak memperdulikan sedikit pun tentang harta kekayaan yang terpendam
itu.
karamah
Abu Ishak As-Syirazi dapat melihat Ka’bah sedangkan beliau berada di kota
Baghdad. Adakalanya seorang wali diberi kehebatan peribadi yang dapat menyebabkan
kematian orang tertentu ketika ia melihat diri wali tersebut. Hal ini pernah
terjadi pada seorang pembesar yang mati ketika berhadapan dengan Abu Yazid Al
Busthami. Adakalanya seorang yang berhadapan dengan seorang wali seperti ini,
maka ia akan tunduk, bahkan akan mengakui apa sahaja yang tersembunyi dalam
hatinya. Kejadian seperti ini banyak terjadi. Mendapat perlindungan Allah dari
segala kejahatan yang akan menimpa. Bahkan kejahatan yang semula direncanakan
itu akan berbalik jadi kebaikan. Hal ini terjadi pada diri Imam Syafi’I apabila
beliau akan dihukum oleh khalifah Harun Rasyid, tetapi akhirnya dengan izin
Allah beliau dibebaskan.
Telinga
Bila
telinga digunakan untuk melakukan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan, karamah
yang akan muncul adalah mendengar kabar gembira bahwa sang pemiliknya merupakan
salah seorang yang diberi hidayah dan akal oleh Allah. Ini merupakan karamah
terbesar, sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah, Sebab itu sampaikanlah
kabar kembira kepada hamba-hamba-Ku, yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti
apa yang paling baik di antaranya (QS Al-Zumar [39]: 17-18).
Karamah
lainnya adalah dapat mendengar ucapan benda mati, sehingga terdengar semua
benda bertasbih kepada Allah dengan bahasa yang jelas, sebagaimana bahasa manusia.
Di
antaranya pula ada yang diberi karamah berupa ilmu yang dapat memahami segala
ucapan benda-benda yang mati, sehingga seorang wali yang diberi karamah seperti
ini, ia dapat mendengar ucapan tasbih benda-benda yang mati. Di antaranya pula
ada yang diberi karamah dapat mengetahui segala rahsia benda-benda yang hidup.
Di antaranya pula ada yang diberi karamah segala macam ilmu pengetahuan, baik
yang berupa ilmu-ilmu zahir mahupun ilmu-ilmu bathin. Seorang yang diberi
karamah berupa ini, ia akan dapat memahami berbagai macam persoalan dunia dan
akhirat. Di antaranya pula ada yang diberi karamah berupa tingkatan-tingkatan
Al Quthbiyah. Di antaranya pula ada yang diberi karamah pengetahuan dan kasyaf,
sehingga dapat membedakan mana-mana pendapat mazhab-mazhab yang benar. Di
antaranya pula ada yang diberi karamah dapat melihat dan mendengar hal-hal yang
ghaib, sehingga antara yang terang dan yang terselubung tidak ada beda baginya.
Di antaranya pula ada yang diberi karamah dapat berbicara dengan makhluk alam
malakut dan dapat mendengar guratan-guratan pena di Lauh Mahfuz.
Karomah
Syeikh Ibrahim Bin Adham. Beliau pernah mendengar suara dari pohon delima yang
minta dimakan. Ketika Ibrahim Bin Adham makan buahnya, tiba-tiba pohon itu
bertambah tinggi dan buahnya yang masam berubah jadi manis, serta dapat
menghasilkan dua kali setiap tahun.
Lidah
Ketika
lidah digunakan untuk melaksanakan ketaatan dan menghindari kemaksiatan,
karamah yang akan muncul adalah mampu berbicara dan bercakap-cakap dengan alam
yang lebih tinggi (alam a'la). Jadi, apabila seorang hamba memperoleh karamah
atas telinganya, maka ia akan bisa memanggil dan berhubungan dengan para
penghuni alam yang lebih tinggi. Apabila ia hanya sekedar berbicara dengannya,
penghuni alam itu tidak menjawabnya. Apabila terjadi pembicaraan antara dia
dengan mereka, maka kemampuannya berbicara dengan mereka adalah karamah lisan,
kemampuannya mendengar ucapan mereka adalah karamah telinga, dan kemampuannya
menyaksikan mereka adalah karamah mata. Demikian juga anggota-anggota tubuh
lainnya, karena ada hubungan antara anggota-anggota badan dan ketaatan yang
dilakukannya. Di antara karamah lainnya adalah mampu mengatakan suatu keadaan
sebelum terjadinya, memberitahukan hal-hal gaib, dan akan munculnya
benda-benda.
Di
antaranya pula ada yang diberi karamah dapat berkata-kata dengan makhluk alam
arwah, sehingga ia dapat mengetahui keadaan mereka yang sudah wafat, walaupun
telah wafat bertahun tahun. Di antaranya pula ada yang diberi karamah dapat
melenyapkan dirinya dari alam wujud ke alam ghaib, sehingga ia dapat menghilang
dari suatu majlis tanpa pengetahuan mereka yang hadir.
Karamah
Abu Said ibnu Abil Khair Al Maihani. Singa dan binatang yang lain takut
kepadanya. Ada pula sebahagian wali yang dipatuhi segala benda seperti yang
terjadi pada diri Syeikhul Islam Izzudin Ibnu Abdis Salam beliau pernah berkata
kepada angin di waktu peperangan antara kaum Muslimin dan umat Nasrani: “Hai
angin terbangkan musuh-musuh kami”. Dengan izin Allah kaum Nasrani diterbangkan
angin dan dilempar ke tanah sampai binasa.
Karamah
lain pernah terjadi pada seorang wali yang diancam oleh seorang raja zalim.
Raja zalim itu berkata: “Tunjukkanlah padaku bukti kebenaranmu, jika tidak, aku
akan hukum kamu”. Pada waktu itu si wali melihat dekatnya kotoran unta. Maka ia
berkata: “Lihatlah itu”. Tiba-tiba kotoran unta itu jadi sebungkal emas.
Kemudian ia melihat sebuah tempat air yang tidak ada airnya. Si wali itu
melemparkan tempat air yang kosong itu ke udara. Ketika tempat air itu jatuh
tiba-tiba telah berisi air penuh dan tempat air itu terjungkir. Namun air yang
didalamnya tidak tertumpah setitik pun. Melihat kejadian tersebut raja itu
hanya berkata: “Ini hanyalah perbuatan sihir belaka”. Kemudian raja
memerintahkan untuk melemparkan si wali ke dalam api yang bernyala-nyala. Tidak
lama si wali tersebut segera keluar dan menarik putera raja yang masih kecil ke
tengah api yang sedang menyala. Melihat kejadian ini raja hampir jadi gila,
kerana putera satu-satunya diseret ke tengah api yang sedang menyala. Setelah
beberapa saat, si wali keluar bersama putera raja itu dari api, sedang ditangan
kanan putera raja itu memegang buah apel dan dikirinya memegang buah delima.
Raja bertanya pada puteranya: “Wahai puteraku, dari mana kamu tadi?” Jawab si
putra: “Aku dapat dari sebuah kebun”.Mendengar keterangan putera raja itu para
pembesar kerajaan hanya berkata: “Itu hanyalah suatu sihir belaka”. Kemudian
raja berkata kepada si wali: “Jika kamu dapat minum racun ini, aku akan percaya
padamu”. Setelah itu, si wali minum racun itu. Namun ia tidak mati hanya
bajunya sahaja yang koyak. Kemudian ditambah lagi meminum racun. Setiap kali
minum racun ia tetap hidup hanya bajunya saja yang koyak-koyak. Pada terakhir
kali ketika ia diberi minuman racun lagi bajunya tidak koyak dan ia pun
selamat.
Di
antaranya pula ada yang diberi karamah dapat menjadikan air asin atau payau
menjadi air tawar dan segar. Karamah seperti ini pernah diberikan kepada Syeikh
Abdullah Ibnul Ustad Al Marwazi sahabat Syeikh Abu Madyan.
Tangan
Di
antara karamah yang akan muncul bila tangan dipergunakan untuk melakukan
ketaatan dan menjauhi kemaksiatan adalah munculnya warna putih bersih tanpa
noda di tangan ketika dimasukkan ke dalam saku seperti yang terjadi pada Nabi
Musa as, memancarkan air di sela-sela jari yang terjadi pada Nabi Muhammad
Saw., melemparkan tanah ke muka musuh, sehingga mereka kalah. Para wali Allah
dengan kehendak-Nya mengepalkan tangan ke udara, lalu ketika mereka membukanya
muncullah perak, emas, dan lain-lain.
Diriwayatkan
bahawa sebahagian wali ada yang diikuti oleh hujan. Salah seorang dari mereka
bernama Syeikh Abul Abbas As Syatir, ia sering menjual hujan dengan harga
beberapa dirham. Kisah semacam ini banyak terjadi, sehingga sukar untuk
dimungkiri kewujudannya.
Karamah
Abu Turab, ketika beliau menghentakkan kakinya ke bumi, maka Allah mengeluarkan
air dari tanah itu. Kata Imam Subki: “Di antara jenis karamah seperti ini ialah
terpancarnya sumber mata air di musim kemarau dan bumi tunduk pada seorang yang
memukulkan kakinya ke bumi”. Pernah diceritakan bahawa ada seorang yang
berjalan ke kota Mekkah untuk berhaji. Dalam perjalanan itu ia merasa haus
sekali. Namun ia tidak mendapat seteguk air pun. Kemudian ia menemui seorang
fakir yang bertongkat. Tepat di tempat itu terpancarlah sumber mata air yang
dapat memberikan minuman kepada para jemaah haji yang sedang lewat di tempat
itu. Semua jemaah haji yang lewat di tempat itu membekali dirinya dengan air
yang terpancar di bawah tongkat si fakir.
Karomah
lain Adakalanya untuk menulis sebuah karangan sahaja seorang akan menghabiskan
seluruh umurnya. Apalagi akan menulis berpuluh-puluh buah karangan dalam waktu
yang sangat singkat. Karamah semacam ini termasuk jenis karamah waktu dapat
menjadi panjang. Jenis karamah ini pernah dialami oleh Imam Syafi’i Rahimullah.
Beliau mampu mengarang berpuluh-puluh kitab, padahal sebenarnya waktunya tidak
akan cukup untuk melakukan hal itu, disebabkan kesibukan beliau sehari-harinya
untuk mengkhatamkan Al Qur’an setiap harinya dengan bacaan yang penuh oleh
tadabbur dan di bulan Ramadhan pun beliau dapat mengkhatamkannya dua kali
setiap harinya. Di samping itu, beliau juga di sibukkan oleh banyaknya
memperdalami ilmu pengetahuan, memberikan pelajaran, berzikir dan banyaknya
penyakit yang dialaminya. Dalam suatu riwayat dikatakan bahawa beliau menderita
tiga puluh macam penyakit. Karamah semacam ini dialami juga oleh Imamul
Haramain Abul Ma’ali Al Juwaini. Dengan umur yang tidak panjang, beliau mampu
mengarang beberapa buah kitab. Sebenarnya umur yang sependek itu tidak akan
cukup untuk mengarang berpuluh-puluh kitab disebabkan kesibukan beliau dalam
belajar dan mengajar serta berzikir.
Jenis
karamah seperti ini diberikan juga kepada seorang wali yang mampu mengkhatamkan
Al Quran sebanyak lapan kali dalam sehari. Imam Nawawi juga diberi Allah
kemampuan untuk mengarang berpuluh-puluh kitab dalam waktu singkat. Sebenarnya
umur beliau yang sedemikian itu tidak cukup untuk mengarang kitab sebanyak itu.
Ditambah lagi dengan berbagai macam ibadah yang beliau lakukan setiap harinya.
Karamah seperti ini diberikan juga kepada Imam Taqiuddin As Subki. Beliau mampu
menulis berpuluh-puluh kitab. Sebenarnya umur yang sependek itu tidak akan
cukup untuk menulis kitab sebanyak itu disebabkan beliau sangat sibuk memberi
pengajaran, tekun beribadat, banyak membaca Al Quran dan berzikir. Sebenarnya
jika kita hitung pekerjaan besar yang dikerjakannya dengan umurnya yang
singkat, pasti tidak cukup untuk memenuhi sepertiganya, namun Allah memberinya
barakah dalam umur, sehingga beliau dapat merampungkan segala tugas besar
dipikulnya.
Perut
Di
antara karamah yang muncul bila perut digunakan untuk melakukan ketaatan dan
menjauhi kemaksiatan —tidak termasuk dalam kategori makr dan istidraj—
adalah terpeliharanya perut dari makanan, minuman, dan pakaian yang tidak halal
dengan munculnya tanda yang disampaikan oleh Allah. Adakalanya tanda itu muncul
dalam dirinya sendiri atau dari sesuatu yang bersifat syubhat atau haram,
sehingga ia hanya memperoleh sesuatu yang baik saja. Dikisahkan bahwa ketika
disajikan makanan syubhat kepada Al-Harits al-Muhasibi r.a., mengucurlah
keringat di sela-sela jarinya. Begitu juga yang terjadi pada ibunda Abu Yazid
al-Busthami r.a. ketika sedang mengandung Abu Yazid, tangannya tidak pernah
menyentuh makanan haram. Pada wali lain, muncul suara yang berkata
"jauhi". Wali lainnya jatuh pingsan ketika menemukan makanan yang
tidak halal. Ada juga wali yang makanan haram di hadapannya berubah menjadi
darah, berwarna hitam, seekor babi, dan lain-lain yang Allah khususkan bagi
para wali dan orang-orang suci-Nya.
Karamah
lain yang muncul karena ketaatan perut adalah makanan yang sedikit bisa
mengenyangkan orang banyak. Ini merupakan warisan dari Rasulullah Saw. Ketika
itu, Rasulullah menggelar sebuah tikar kulit dan didatangi oleh pemilik gandum
dengan memberikan setangkai gandumnya dan pemilik biji-bijian dengan memberikan
setangkai biji-bijiannya, hingga terkumpullah sedikit makanan. Beliau berdoa
agar makanan itu diberkati, lalu orang-orang mengisi tempat yang mereka bawa
dengan makanan itu sampai penuh, sebagaimana dijelaskan dalam hadis sahih
riwayat Muslim.
Karamah
perut yang lainnya adalah dapat membuat satu macam makanan di atas piring
menjadi berbagai macam jenis makanan sesuai dengan keinginan orang-orang yang
hadir di tempat itu. Termasuk karamah perut lainnya adalah didatangi jin atau
raja yang membawakan makanan, minuman, dan pakaiannya, atau menggantungkannya
di udara.
Karamah
lain dalam maqam ini adalah mampu mengubah air minum yang asin dan pahit
menjadi manis. Ibnu 'Arabi berkata, "Saya pernah meminum minuman seperti
itu dari tangan Abu Muhammad 'Abdullah bin Ustad Al-Marwazi Al-Hajj, termasuk
murid khusus Abu Madyan r.a., beliau selalu disebut sebagai Al-hajj al-mabrur.
Makanan halal itu adakalanya diperoleh dengan bekerja atau dengan menjauhi
dosa-dosa, seperti yang dikatakan beberapa syaikh, "Ahli ma'rifat adalah
orang yang tidak memadamkan cahaya ma'rifatnya sebagai cahaya wara'nya, maka
ketika diperoleh barang halal, sedikit saja cukup baginya. Bila ia melaksanakan
hal ini, maka tumbuh dalam batinnya keinginan melakukan perbuatan baik yang
diwujudkan Allah dalam jiwa hamba ini sebagai karamah karena kedudukan dan
kejujurannya." Dan dari kehendak kuat itu keluar semua yang telah kami sebutkan
dan banyak karamah yang belum terlintas dalam benak manusia.
Di
antaranya pula ada yang diberi karamah tidak tersentuh makanan, minuman dan
pakaian yang berasal dari hasil syubhat, apa lagi yang haram. Jenis karamah
ini, biasanya si wali diberi tanda tertentu oleh Allah jika ada makanan,
minuman dan pakaian dari hasil syubhat yang menyentuh dirinya. Di antara yang
mendapat karamah macam ini adalah ibunya Abu Yazid Al Bustami. Setiap kali ia
mendapat makanan atau minuman yang syubhat, maka tangannya berpeluh dan
gementar, sehingga ia harus menjauhi makanan dan minumannya.
Di
antaranya pula ada yang diberi karamah berupa makanan atau minuman sedikit yang
dihidangkan dapat menjadi banyak. Karamah ini pernah diberikan kepada Syeikh
Abu Abdullah At Tawudi ketika ia menyuruh kawannya ke tukang jahit, maka ia
mengeluarkan sepotong kain yang sempit dari balik bajunya, kemudian ia menyuruh
kawannya untuk membawanya ke tukang jahit seraya berkata: “Dari kain yang
sempit ini buatlah pakaian yang cukup untuk beberapa orang”. Nyatanya kain yang
sedemikian sempit itu dapat mencukupi pakaian untuk beberapa orang.
Disebutkan
bahawa ada seorang ingin menguji karamah Syeikh Isa Al Hattar. Ia menyuruh
pelayannya membawa dua botol minuman keras kepada beliau. Setelah kedua botol
itu diterima oleh Syeikh Isa, maka ia menuang isi kedua botol itu seraya
berkata kepada sebilangan orang yang ada di sisinya: “Minumlah minyak samin
ini”. Maka minuman keras yang ada di kedua botol itu berubah menjadi minyak
samin yang rasanyaamat lazat. Kisah karamah jenis ini sering terjadi.
Kemaluan
Di
antara karamah yang dihasilkan ketika kemaluan dipergunakan untuk melaksanakan
ketaatan dan menjauhi kemaksiatan adalah anugerah dari Allah berupa rahasia
menghidupkan orang-orang mati, menyembuhkan orang yang buta sejak lahir dan
penderita lepra, dan meninggalkan semua perkara yang membuatnya melupakan
Allah. Allah berfirman, Dan Maryam puteri 'Imran yang memelihara kehormatannya,
maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh Kami (QS Al-Tahrim [66]:
12). Dan Kami jadikan dia dan anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi
semesta alam (QS Al-Anbiya' [21]: 91). Dalam hal ini, Ibnu 'Arabi juga telah
menjelaskan secara mendalam hubungan-hubungan lain antara ketaatan anggota
tubuh dan karamah yang dikeluarkannya, hikmah-hikmah dan rahasia ilmu hakikat.
Karamah
seperti ini pernah terjadi pada Syeikh Sirri As-Saqathi. Seorang pernah
menemuinya ketika beliau sedang menyembuhkan orang yang sakit kusta dan buta.
Syeikh Abdul Qadir Jailani pernah berkata kepada seorang anak yang sakit
lumpuh, buta dan kusta: “Berdirilah engkau dengan izin Allah”. Dengan izin
Allah, maka anak tersebut segera bangun tanpa suatu cacat pun.
Imam
Taajus Subki memberi contoh karamah Abi Ubaid Al Busri. Beliau pernah berdoa
kepada Allah agar kudanya yang mati ditengah medan perang dihidupkan kembali.
Doa beliau terkabul dan kuda Abi Ubaid akhirnya hidup kembali.
Pernah
Mifraj Ad Damamini berkata kepada anak burung yang telah dipanggang:
“Terbanglah wahai burung dengan izin Allah”. Ucapan beliau terkabul dan burung
itu hidup kemudian terbang.
Syeikh
Ahdal pernah memanggil kucing yang telah mati. Akhirnya kucing itu hidup dan
datang kepada Syeikh Ahdal.
Syeikh
Abdul Qadir Al Jailani pernah berkata kepada seekor ayam yang baru di makan
dagingnya: “Hai ayam hiduplah kau dengan izin Zat yang dapat menghidupkan
tulang belulang”. Dengan izin Allah, tulang belulang tersebut berubah wujudnya
menjadi ayam kembali.
Pernah
Abi Yusuf Dahmani berkata kepada seorang mayat:
“Hai
fulan, hiduplah dengan izin Allah”. Ucapan beliau terkabul sehingga mayat itu
hidup kembali selama beberapa waktu.
Imam
Subki pernah bercerita: “Aku pernah dengar kisah Syeikh Zainuddin Al Faruqy Asy
Syafi’i, bahawa pada suatu hari ada seorang anak kecil jatuh dari atap rumahnya
lalu mati. Ketika Syeikh Zainuddin melihat kejadian itu, beliau berdoa kepada
Allah. Maka dengan izin Allah, anak kecil yang mati itu hidup kembali.
Selanjutnya
Imam Subki berkata: “Sesungguhnya kejadian semacam itu tidak terhitung
banyaknya. Dan aku yakin benar adanya karamah seperti itu. Hanya saja yang
belum pernah kudengar adanya seorang wali yang dapat menghidupkan orang mati
yang telah lama atau yang sudah menjadi tulang belulang. Yang kami dengar
hanyalah pada diri sebagian Nabi di zaman dulu.Dan itu pun merupakan suatu
mukjizat baginya. Bukan termasuk jenis karamah. Yang mungkin terjadi pada diri
seorang Nabi terdahulu adalah menghidupkan suatu kaum yang telah mati beberapa
abad, kemudian mereka dihidupkan. Dengan izin Allah kaum itu hidup selama
beberapa waktu. Yang tidak mungkin terjadi dimasa ini adalah adanya seorang
wali yang menghidupkan Imam Syafi’i atau Abu Hanifah, kemudian keduanya dapat
hidup lama dan bergaul dengan masyarakat seperti pada waktu sebelumnya.
Kaki
Di
antara karamah yang akan muncul jika digunakan untuk melaksanakan ketaatan dan
menjauhi kemaksiatan ada-lah mampu berjalan di atas air, dapat mengelilingi
bumi, dan berjalan di udara. Hikayat-hikayat tentang maqam ini sangat terkenal,
saking terkenalnya hingga tidak perlu lagi kami jelaskan di sini. Kitab-kitab
kumpulan syair dipenuhi hikayat-hikayat tentang karamah ini. Karena Allah Swt.
adalah pemilik para wali, maka Dia memunculkan semua karamah ini bersama
mereka. Ibnu 'Arabi menyatakan, "Kami telah menyaksikan dengan jelas
penempuh jalan ini berjalan di atas air dan di udara, dan dapat melipat
bumi."
Karamah
seperti ini pernah terjadi pada diri seorang wali yang berada di Masjid kota
Tursus (Turki). Wali tersebut pernah tergerak dalam hatinya ingin pergi ke
Masjidil Haram, kemudian beliau memasukkan kepalanya dikantungnya lalu
mengeluarkannya kembali. Maka dengan izin Allah, wali itu telah berada di
Masjidil Haram . Kisah semacam ini pada umumnya dikisahkan secara berurutan
dari orang-orang yang dapat dipercaya.
Karamah
di kalangan ahli Sufi dengan “Alamul Mithsal, iaitu antara alam yang nyata dan
alam arwah. Orang yang yang mendapat karamah seperti ini dapat berubah bentuk
dan berpindah tempat dengan bebas. Karamah seperti jenis ini pernah di alami oleh
seorang wali yang bernama Qadhibul Bani. Orang yang tidak mengenal beliau akan
menyangkanya tidak pernah melakukan solat dan ia membencinya. Pada suatu hari,
ketika beliau dicela oleh seorang yang menyangkanya tidak pernah melakukan
solat, di saat itu Allah memperlihatkan karamahnya, sehingga beliau dapat
berubah dalam beberapa bentuk yang menunjukkan bahawa beliau sedang melakukan
solat. Beliau bertanya : “Dalam gambaran atau bentuk manakah yang kamu lihat
aku tidak solat?” Perkara serupa ini pernah terjadi pula pada seorang wali yang
pernah dilihat oleh seorang ketika beliau sedang berwudhu di Masjid Sayufiah di
Cairo. Orang itu menegur: “Hai orang tua, nampaknya cara kamu berwudhu itu
tidak tertib”. Jawab si wali: “Aku tidak pernah berwudhu dengan cara yang tidak
tertib. Hanya saja anda tidak dapat melihatku, kalau anda dapat melihat, pasti
kamu akan melihat ini”. Beliau berkata demikian sambil memegang tangan orang
itu, sampai ia dapat melihat Ka’bah, kemudian beliau membawanya ke Mekkah dan
menetap di sana selama beberapa tahun.
Di
antara karomah pengarang kitab al-Hikam adalah, suatu ketika salah satu murid
beliau berangkat haji. Di sana si murid itu melihat Ibn Athoillah sedang
thawaf. Dia juga melihat sang guru ada di belakang maqam Ibrahim, di Mas'aa dan
Arafah. Ketika pulang, dia bertanya pada teman-temannya apakah sang guru pergi
haji atau tidak. Si murid langsung terperanjat ketika mendengar teman-temannya
menjawab "Tidak". Kurang puas dengan jawaban mereka, dia menghadap
sang guru. Kemudian pembimbing spiritual ini bertanya : "Siapa saja yang
kamu temui ?" lalu si murid menjawab : "Tuanku... saya melihat tuanku
di sana ". Dengan tersenyum al-arif billah ini menerangkan : "Orang
besar itu bisa memenuhi dunia. Seandainya saja Wali Qutb di panggil dari liang
tanah, dia pasti menjawabnya".
Hati
Di
antara karamah hati ketika digunakan untuk melakukan ketaatan dan menjauhi
kemaksiatan adalah mampu mengetahui sesuatu sebelum terjadi. Ibnu 'Arabi
berkata, "Ketahuilah anakku, Allah telah menolongmu, menerangi hatimu,
melapangkan dadamu, dan menyucikan pakaian serta hatimu. Segala karamah yang
berkaitan dengan anggota tubuh lainnya merujuk dan kembali kepada hati. Kalau
tidak ada hati, maka seluruh anggota tubuh lainnya tidak berarti.
Setiap
perbuatan berasal dari hati, kalau tidak didasari keikhlasan sebagai aktivitas
hati, maka amal tersebut bagai debu beterbangan, tidak bermanfaat dan tidak
mendatangkan kebahagiaan." Allah berfirman, Padahal mereka tidak
diperintahkan kecuali untuk menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam menjalankan agama dengan lurus (QS Al-Bayyinah [98]: 5). Dan
Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya segala perbuatan tergantung pada niat,
dan tiap-tiap orang akan mendapatkan apa yang diniatkannya. Barangsiapa berhijrah
kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya adalah kepada Allah dan Rasul-Nya,
dan barangsiapa berhijrah kepada dunia dan perempuan yang akan dinikahinya,
maka hijrahnya adalah kepada apa yang menjadi tujuan hijrahnya." Dari sini
jelaslah bahwa sudi dan ternodanya semua perbuatan lahir maupun batin
tergantung pada hati. Jadi, gerakan atau diamnya anggota tubuh untuk menaati
syariat dan melakukan maksiat hanya berdasarkan pada perintah dan kehendak
hati.
Gagasan
muncul pertama kali di dalam hati. Apabila hati ingin mewujudkan gagasan itu,
maka ia mempertimbangkan anggota tubuh mana yang sesuai untuk melakukan gagasan
itu, lalu hati menggerakkan anggota tubuh yang dipilihnya untuk mewujudkan
gagasan itu, baik untuk ketaatan maupun kemaksiatan, dan atas anggota tubuh
itulah pahala dan siksa diberikan. Tidakkah kamu merenungkan bagaimana Allah
menganggap pandangan pertama kepada seorang perempuan bukan muhrim yang
dilakukan tanpa sengaja dan tidak diniati dalam hati sebagai suatu hal yang
dimaafkan dan tidak dikenai siksa?
Demikian
pula ketika seorang hamba melakukan perbuatan salah tanpa sengaja, maka Allah
benar-benar telah mengampuni perbuatannya itu, sebagaimana bila hati
menghendaki dan berniat melakukan kemaksiatan, tetapi tidak jadi melakukannya,
maka niatnya itu tidak ditulis dan tidak dihitung, selama belum dilakukan atau
hanya sebatas ucapan semata. Adapun jika hati berniat melakukan ketaatan, maka
ia akan diberi ganjaran sesuai dengan niat dan harapannya, meskipun ia belum
melakukan ketaatan yang telah diniatkannya, niatnya telah ditulis sebagai
kebaikan. Bila kamu meyakini hal ini, maka tetaplah yakin bahwa hati adalah
pemimpin raga. Seluruh karamah yang muncul dari anggota tubuh merujuk kepada
hati, dan hati itu sendiri dapat memunculkan karamah-karamah tertentu.
Karamah
hati lainnya adalah Allah Swt. memperlihatkan kepadanya semua yang tersimpan di
dunia, berupa rahasia-rahasia, alasan dan sebab perintah-Nya, atau apa pun yang
mewujud dalam alam, baik spiritual maupun non spiritual.
No comments:
Post a Comment