Ya
Tuhanku Engkaulah Yang Menjadi Tujuanku Dan Keridhoan-Mulah Yang Daku Cari
Izinkanlah Daku Untuk Mencintaimu Dan Ma’rifat Kepadamu
MANAQIB
SYEKH AHMAD SHOHIBUL WAFA TA’JUL ARIFIN
(ABAH ANOM)
DAN PARA mursyid tarekat
oleh :
Para Pecinta Awlia
Semoga
Menjadi Wujud Khidmad Dan Mahabbah Kepada Beliau Guru Tercinta Dan Para Awlia
Serta Bermanfaat Bagi Para Ikhwan Tarekat Qodiriyyah Wannaqsyabandiyyah
MANAQIB
Salam Untuk Wali Mursyid
SYEKH AHMAD SHOHIBUL WAFA TA,JUL
ARIFIN ( ABAH ANOM )
السَّلَامُ عَلَيْكَ – Salam untukmu
يَا مَالِكَ الزَّمَانِ wahai penguasa zaman
,وَ
يَا إِمَامَ الْمَكَانِ pemimpin wilayah
,وَ
يَا قَائِمَ بِأَمْرِ الرَّحْمَانِ penegak ketentuan ar-Rahman
,وَ
يَا وَارِثَ الْكِتَابِ pewaris kitab
,وَ
يَا نَائِبَ الرَّسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ wakil Rasulullah s.a.w.
,يَا
مَنْ مِنَ السَّمَاءِ وَ الْأَرْضِ عَائِدَتُهُ yang selalu pergi pulang antara bumi dan langit
,يَا
مَنْ أَهْلَ وَقْتِهِ كُلُّهُمْ عَائِلَتُهُ yang orang-orang sezamannya adalah keluarganya
,يَا
مَنْ يُنَـزَّلُ الْغَيْثُ بِدَعْوَتِهِ yang diturunkan pertolongan karena doanya
,وَ
يُدَرُّ الضَّرْعُ بِبَرَكَتِهِ – yang dikucurkan limpahan susu karena keberkahannya
وَ رَحْمَةُ اللهِ وَ بَرَكَاتُهُ – الْفَاتِحَةُ beserta rahmat Allah dan keberkahanNya,
al-Fatihah…
Untaian Mutiara
Jangan Benci Kepada Ulama Yang Sezaman
Jangan Menyalahkan Pengajaran Orang Lain
Jangan Memeriksa Murid Orang Lain
Jangan Berhenti Bekerja Meskipun Disakiti Orang
Harus Menyayangi Orang Yang Membenci Kepadamu
RIWAYAT
SINGKAT
SYEKH
AHMAD SHOHIBULWAFA TAJUL ARIFIN
(ABAH
ANOM)
Syekh
A Shohibulwafa Tajul Arifin yang dikenal dengan nama Abah Anom, dilahirkan di
Suryalaya tanggal 1 Januari 1915. Beliau adalah putra kelima Syaikh Abdullah
bin Nur Muhammad, pendiri Pondok Pesantren Suryalaya, dari ibu yang bernama Hj
Juhriyah. Pada usia delapan tahun Abah Anom masuk Sekolah Dasar (Verfolg
School) di Ciamis antara tahun 1923-1928. Kemudian ia masuk Sekolah Menengah
semacan Tsanawiyah di Ciawi Tasikmalaya. Pada tahun 1930 Abah Anom memulai
perjalanan menuntut ilmu agama Islam secara lebih khusus. Beliau belajar ilmu fiqih
dari seorang Kyai terkenal di Pesantren Cicariang Cianjur, kemudian belajar
ilmu fiqih, nahwu, sorof dan balaghah kepada Kyai terkenal di Pesantren
Jambudipa Cianjur. Setelah kurang lebih dua tahun di Pesantren Jambudipa,
beliau melanjutkan ke Pesantren Gentur, Cianjur yang saat itu diasuh oleh
Ajengan Syatibi.
Dua
tahun kemudian (1935-1937) Abah Anom melanjutkan belajar di Pesantren
Cireungas, Cimelati Sukabumi. Pesantren ini terkenal sekali terutama pada masa
kepemimpinan Ajengan Aceng Mumu yang ahli hikmah dan silat. Dari Pesatren
inilah Abah Anom banyak memperoleh pengalaman dalam banyak hal, termasuk
bagaimana mengelola dan memimpin sebuah pesantren. Beliau telah meguasai
ilmu-ilmu agama Islam. Oleh karena itu, pantas jika beliau telah dicoba dalam usia
muda untuk menjadi Wakil Talqin Abah Sepuh. Percobaan ini nampaknya juga
menjadi ancang-ancang bagi persiapan memperoleh pengetahuan dan pengalaman
keagaman di masa mendatang. Kegemarannya bermain silat dan kedalaman rasa
keagamaannya diperdalam lagi di Pesantren Citengah, Panjalu, yang dipimpin oleh
H. Junaedi yang terkenal sebagai ahli alat, jago silat, dan ahli hikmah.
Setelah
menginjak usia dua puluh tiga tahun, Abah Anom menikah dengan Euis Siti
Ru’yanah. Setelah menikah, kemudian ia berziarah ke Tanah Suci. Di tanah suci
mekkah beliau banyak menimba ilmu seperti Fiqh, Hadits, Tauhid, Tafsir dan lain
sebagainya dari ulama ulama di mekah dengan system bandungan, di mekah beliau
juga memperdalam ilmu tasawuf di Ribath Naqsyabandy yang terletak di Jabal
Qubaisy yang waktu itu dibimbing oleh Syekh Romli. Syekh Romli merupakan salah
seorang wakil talqin dari Abah Sepuh. Sepulang dari Mekah, setelah bermukim
kurang lebih tujuh bulan (1939), dapat dipastikan Abah Anom telah mempunyai
banyak pengetahuan dan pengalaman keagamaan yang mendalam. Pengetahuan beliau
meliputi tafsir, hadits, fiqih, kalam, dan tasawuf yang merupakan inti ilmu
agama. Oleh Karena itu, tidak heran jika beliau fasih berbahasa Arab dan lancar
berpidato, baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Sunda, sehingga pendengar
menerimanya di lubuk hati yang paling dalam. Beliau juga amat cendekia dalam
budaya dan sastra Sunda setara kepandaian sarjana ahli bahasa Sunda dalam
penerapan filsafat etnik Kesundaan, untuk memperkokoh Thariqah Qadiriyah
Naqsabandiyah. Bahkan baliaupun terkadang berbicara dalam bahasa Jawa dengan
baik.
Ketika
Abah Sepuh Wafat, pada tahun 1956, Abah Anom harus mandiri sepenuhnya dalam
memimpin pesantren. Dengan rasa ikhlas dan penuh ketauladan, Abah Anom gigih
menyebarkan ajaran Islam. Pondok Pesantren Suryalaya, dengan kepemimpinan Abah
Anom, tampil sebagai pelopor pembangunan perekonomian rakyat melalui
pembangunan irigasi untuk meningkatkan pertanian, membuat kincir air untuk
pembangkit tenaga listrik, dan lain-lain. Dalam perjalanannya, Pondok Pesantren
Suryalaya tetap konsisten kepada Tanbih, wasiat Abah Sepuh yang diantara isinya
adalah taat kepada perintah agama dan negara. Maka Pondok Pesantren Suryalaya
tetap mendukung pemerintahan yang sah dan selalu berada di belakangnya.
Di
samping melestarikan dan menyebarkan ajaran agama Islam melalui metode Thariqah
Qadiriyah Naqsabandiyah. Abah Anom juga sangat konsisten terhadap perkembangan
dan kebutuhan masyarakat. Maka sejak tahun 1961 didirikan Yayasan Serba Bakti
dengan berbagai lembaga di dalamnya termasuk pendidikan formal mulai TK, SMP
Islam, SMU, SMK, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, Madrasah Aliyah
kegamaan, Perguruan Tinggi (IAILM) dan Sekolah Tinggi Ekonomi Latifah
Mubarokiyah serta Pondok Remaja Inabah. Didirikannya Pondok Remaja Inabah
sebagai wujud perhatian Abah Anom terhadap kebutuhan umat yang sedang tertimpa
musibah. Berdirinya Pondok Remaja Inabah membawa hikmah, di antaranya menjadi
jembatan emas untuk menarik masyarakat luas, para pakar ilmu kesehatan,
pendidikan, sosiologi, dan psikologi, bahkan pakar ilmu agama mulai yakin bahwa
agama Islam dengan berbagai disiplin Ilmunya termasuk tasawuf dan tarekat mampu
merehabilitasi kerusakan mental dan membentuk daya tangkal yang kuat melalui
pemantapan keimanan dan ketakwaan dengan pengamalan Thariqah Qadiriyah
Naqsabandiyah. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari, Abah Anom menunjuk tiga
orang pengelola, yaitu KH. Noor Anom Mubarok BA, KH. Zaenal Abidin Anwar, dan
H. Dudun Nursaiduddin.
Sejarah
Pondok Pesantren Suryalaya
Pondok
Pesantren Suryalaya dirintis oleh Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad atau yang
dikenal dengan panggilan Abah Sepuh, pada masa perintisannya banyak mengalami
hambatan dan rintangan, baik dari pemerintah kolonial Belanda maupun dari
masyarakat sekitar. Juga lingkungan alam (geografis) yang cukup menyulitkan.
Namun
Alhamdullilah, dengan izin Allah SWT dan juga atas restu dari guru beliau,
Syaikh Tholhah bin Talabudin Kalisapu Cirebon semua itu dapat dilalui dengan selamat.
Hingga pada tanggal 7 Rajab 1323 H atau 5 September 1905, Syaikh Abdullah bin
Nur Muhammad dapat mendirikan sebuah pesantren walaupun dengan modal awal
sebuah mesjid yang terletak di kampung Godebag, desa Tanjung Kerta. Pondok
Pesantren Suryalaya itu sendiri diambil dari istilah sunda yaitu Surya =
Matahari, Laya = Tempat terbit, jadi Suryalaya secara harfiah mengandung arti
tempat matahari terbit.
Pada
awalnya Syeikh Abdullah bin Nur Muhammad sempat bimbang, akan tetapi guru
beliau Syaikh Tholhah bin Talabudin memberikan motivasi dan dorongan juga
bimbingan khusus kepadanya, bahkan beliau pernah tinggal beberapa hari sebagai
wujud restu dan dukungannya. Pada tahun 1908 atau tiga tahun setelah berdirinya
Pondok Pesantren Suryalaya, Abah Sepuh mendapatkan khirqoh (legitimasi
penguatan sebagai guru mursyid) dari Syaikh Tholhah bin Talabudin
Seiring
perjalanan waktu, Pondok Pesantren Suryalaya semakin berkembang dan mendapat
pengakuan serta simpati dari masyarakat, sarana pendidikan pun semakin bertambah,
begitu pula jumlah pengikut/murid yang biasa disebut ikhwan.
Latar
belakang Masjid Nurul Asror dan Menaranya
Dukungan
dan pengakuan dari ulama, tokoh masyarakat, dan pimpinan daerah semakin
menguat. Hingga keberadaan Pondok Pesantren Suryalaya dengan Thariqah Qadiriyah
Naqsabandiyah-nya mulai diakui dan dibutuhkan. Untuk kelancaran tugas Abah
Sepuh dalam penyebaran Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah dibantu oleh sembilan
orang wakil talqin, dan beliau meninggalkan wasiat untuk dijadikan pegangan dan
jalinan kesatuan dan persatuan para murid atau ikhwan, yaitu TANBIH.
Syaikh
Abdullah bin Nur Muhammad berpulang ke Rahmattullah pada tahun 1956 di usia yang
ke 120 tahun. Kepemimpinan dan kemursyidannya dilimpahkan kepada putranya yang
kelima, yaitu KH. Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin yang akrab dipanggil dengan
sebutan Abah Anom. Pada masa awal kepemimpinan Abah Anom juga banyak mengalami
kendala yang cukup mengganggu, di antaranya pemberontakan DI/TII. Pada masa itu
Pondok Pesantren Suryalaya sering mendapat gangguan dan serangan, terhitung
lebih dari 48 kali serangan yang dilakukan DI/TII. Juga pada masa pemberontakan
PKI tahun 1965, Abah Anom banyak membantu pemerintah untuk menyadarkan kembali
eks anggota PKI, untuk kembali kembali ke jalan yang benar menurut agama Islam
dan Negara.
Perkembangan
Pondok Pesantren Suryalaya semakin pesat dan maju, membaiknya situasi keamanan
pasca pemberontakan DI/TII membuat masyarakat yang ingin belajar Thariqah
Qadiriyah Naqsabandiyah semakin banyak dan mereka datang dari berbagai daerah
di Indonesia. Juga dengan penyebaran yang dilakukan oleh para wakil talqin dan
para mubaligh, usaha ini berfungsi juga untuk melestarikan ajaran yang tertuang
dalam asas tujuan Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah dan Tanbih. Dari tahun ke
tahun Pondok Pesantren Suryalaya semakin berkembang, sesuai dengan tuntutan
zaman, maka pada tanggal 11 maret 1961 atas prakarsa H. Sewaka (Alm) mantan Gubernur
Jawa Barat (1947 – 1952) dan mantan Menteri Pertahanan RI Iwa Kusuma Sumantri
(Alm) (1952 – 1953). Dibentuklah Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren
Suryalaya. Yayasan ini dibentuk dengan tujuan untuk membantu tugas Abah Anom
dalam penyebaran Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah dan dalam usaha mencerdaskan
kehidupan bangsa.
Setelah
itu Pondok Pesantren Suryalaya semakin dikenal ke seluruh pelosok Indonesia,
bahkan sampai ke Negara Singapura, Malaysia, Brunai Darussalam, dan Thailand,
menyusul Australia, negara-negara di Eropa dan Amerika. Dengan demikian ajaran
Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah pun semakin luas perkembangannya, untuk itu
Abah Anom dibantu oleh para wakil talqin yang tersebar hampir di seluruh
Indonesia, dan juga wakil talqin yang berada di luar negeri seperti yang
disebutkan di atas.
Pada
masa kepemimpinan Abah Anom, Pondok Pesantren Suryalaya berperan aktif dalam
kegiatan Keagamaan, Sosial, Pendidikan, Pertanian, Kesehatan, Lingkungan Hidup,
dan Kenegaraan. Hal ini terbukti dari penghargaan yang diperoleh baik dari
presiden, pemerintah pusat dan pemerintah daerah, bahkan dari dunia
internasional atas prestasi dan jasa-jasanya. Dengan demikian eksistensi atau
keberadaan Pondok Pesantren Suryalaya semakin kuat dan semakin dibutuhkan oleh
segenap umat manusia.
KAROMAH
ABAH ANOM MENYADARKAN TANTANGAN KIAI SAKTI PILIH TANDING
Diterima dari mantan ketua Yayasan
Pondok Pesantren Suryalaya Perwakilan Sumedang Bapak Etje Juardi beliau menerima dari orang yang bersangkutan, Kiai
Sakti.
Diceritakan Bapak Etje Juardi, ada Ulama
yang dikenal sakti mandraguna tanpa pilih tanding, namanya Kiai Jured. Beliau
sudah mengenal akan kemasyhuran dan ke Ulamaannya Abah Anom yang memiliki
jutaan pengikutnya dan terus berkembang sampai keluar negeri.
Suatu hari Kiai tersebut memiliki
rencana untuk menguji karomah Abah Anom dengan kesaktian yang dimilikinya. Kiai
tersebut datang ke Pondok Pesantren Suryalaya dengan satu bis yang membawa 70
santrinya. Semua santri disebar disekitar Pesantren Suryalaya, setelah Kiai itu
masuk ke halaman Abah Anom, tidak disangka Abah Anom sudah berada didepan
madrasah dan menyuruh Kiai untuk masuk ke madrasah Abah Anom bersama 70
santrinya yang telah disebar. Kiai tersebut merasa kaget akan kasyaf (penglihatan batin)nya Mursyid TQN.
Abah Anom meminta Kiai tersebut dan para santrinya untuk makan dahulu yang
telah Beliau sediakan di madrasah.
Di dalam madrasah Kiai memuji Abah Anom
tentang pesantren Beliau yang sangat luas nan indah, tetapi dibumbui kritik
secara halus tentang kekurangan pesantrenya yaitu tidak adanya burung
cendrawasih, burung yang terkenal akan bulunya yang indah. Beliau hanya
tersenyum dan menimpalinya dengan jawaban yang singkat : “Tentu saja Kiai”.
Suatu di luar jangkauan akal setelah jawaban itu burung cendrawasih yang
berbulu indah melayang-layang di dalam madrasah yang sesekali hinggap. Kejadian
itu membuat terpesonanya akan karomah yang dimiliki Beliau, Kiai itu diam
seribu bahasa.
Keajaiban lagi, ketika makan dengan para
santrinya yang 70 pun nasi yang di sediakan dalam bakul kecil itu tidak pernah
habis, hal itu mengingatkan akan kejadian mujizatnya Rosulullah saw . Kiai itu
sangat kagum akan karomah yang dimiliki Beliau dan merasa kesaktian yang
dimilikinya dan dibanggakannya itu sudah tidak ada artinya dihadapan Mursyid
Thoriqoh Qodiriyyah wan Naqsyabandiyyah Syekh Ahmad Shohibul Wafa Tajul ‘Arifin
atau yang lebih dikenal dengan sebutan Abah Anom.
Benarlah ungkapan : “diatas langit ada
langit”. Namun, Kiai ini masih penasaran dan tidak mau kalah begitu saja,
setelah makan Kiai tersebut meminta kepada Beliau untuk mengangkat kopeah/peci
yang telah “diisi“, yang sebelumnya dicoba oleh para santrinya tidak terangkat
sedikitpun. Subhanallah .. hanya dengan tepukan tangan Abah Anom ke lantai
kopeah itu melayang-layang, Kiai merasa malu dan kalah lagi.
Selanjutnya Kiai tersebut mengeluarkan
batu yang telah disediakan sebelumnya, dan batu itu dipukul dengan “kekuatan”
tangannya sendiri sehingga terbelah menjadi dua, sedangkan belahannya diberikan
kepada Abah Anom. Kiai itu meminta kepada Abah Anom untuk memukulnya
sebagaimana yang telah dicontohkannya.
Abah Anom mengatakan kepada kiai itu :
“Abah tidak bisa apa-apa, yang bisa membelah itu adalah Allah, baiklah abah
hanya minta kepada Allah itu pun kalo diizinkan,” selanjutnya batu itu diusap
oleh tangan Mursyid dan batu itu menjadi air ,subhanallah…
Namun kiai tersebut masih penasaran
karena kesaktiannya belum bisa mengalahkan karomah Abah Anom sebagai Mursyid
Thoriqoh Qodiriyyah wan Naqsyabandiyyah. Kiai mencoba menguji lagi karomah
Beliau dengan kelapa yang telah dibawa
santri dari daerahnya. Kiai tersebut meminta yang aneh-aneh kepada Abah Anom
agar isi dalam kelapa tersebut ada ikan yang memiliki sifat dan bentuk
tertentu.
Dengan tawadlunya Abah Anom menjawab:
“Masya Allah, kenapa permintaan kiai ke Abah berlebihan?, Abah tidak bisa
apa-apa . Seharusnya minta kepada Allah saja ,jangan kepada Abah. Hanya Allah
lah yang bisa mewujudkan segala sesuatu karena Dia Maha Berkehendak dan
Berkuasa”. Kiai itu masih penasaran akan permohonanya kepada Abah Anom,
selanjutnya Abah Anom berkata : “ Baiklah kalau begitu, kita memohon kepada
Allah. Mudah-mudahan Allah mengabulkan kita”. Setelah berdoa Beliau menyuruh
kelapa itu untuk dibelah dua, dan dengan izin Allah didalam kelapa itu ada ikan
yang sesuai dengan permintaan sang kiai. Subhanalllah…
Selanjutnya, entah darimana datangnya di
tangan Abah Anom sudah ada ketepel, dan ketepel itu diarahkan atau ditembakan
kelangit-langit madrasah, sungguh diluar jangkauan akal, muncul dari
langit-langit burung putih yang jatuh
dihadapan Kiai dan Beliau
Setelah kejadian itu, Kiai menangis
dipangkuan Abah Anom, sadar dan memohon maaf atas kesombongan dan kesalahannya.
Akhirnya Kiai memohon kepada Abah Anom untuk diangkat menjadi muridnya dan
menjadi seorang pengamal Thoriqat Qodiriyyah wan Naqsyabandiyyah .
Kiai itu ditalqin dzikir TQN (diajarkan
dzikir Thoriqat Qodiriyyah wan Naqsyabandiyyah), dengan talqin dzikir itu
menyadarkan akan adanya Allah Yang Maha Mengetahui akan perbuatan jahat
makhluqnya baik lahir maupun batin dan Maha Kuasa atas segala sesuatu. Setelah
ditalqin Kiai menangis dipangkuan Abah Anom sampai tertidur. Anehnya, Bangun
dari tidur sudah berada dimesjid. Subhanallah.
ABAH
ANOM DAN PEMUDA YANG SUKA MELACUR
Salah satu wakil Talqin Thoriqoh
Qodiriyyah wan Naqsyabandiyyah Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya, Jawa
Barat Indonesia. Diceritakan ada seorang pemuda yang hobinya melacur, pemuda
tersebut berniat untuk berhenti dari pebuatannya yang tercela. Sudah berbagai
cara dilakukan untuk menghentikannya itu tidak membuat minat lacurnya berhenti.
Padahal, pelaksanaan amalan ibadah yang “super ketat” atas petunjuk dari para
kiai yang pernah dikunjungi dari berbagai daerahpun belum berhasil. Jadi, Sudah
tidak asing lagi baginya riyadloh (latihan) seperti puasa, dzikir, sholat baik
yang sifatnya wajib maupun sunat dan amalan lainnya.
Dalam
keadaan kondisi jiwa yang begitu kritis, datanglah pemuda itu ke Pondok
Pesantren Suryalaya untuk menemui seorang Wali Allah yaitu Abah Anom sebagai
Mursyid Thoriqoh Qodiriyyah wan Naqsyabandiyyah dan menceritakan maksud
kedatangannya. Abah Anom berkata : “Tidak apa-apa, asal jangan dilakukan
didepan Abah”. Setelah itu pemuda yang hobi “jajan” perempuan ditalqin dzikir
(diajarkan dzikir Thoriqoh Qodiriyyah wan Naqsyabandiyyah) untuk diamalkan.
Seperti biasa pemuda tersebut datang ke
hotel yang telah dipesan untuk melaksanakan hasrat nafsunya “meniduri” wanita
pelacur. Setelah siap-siap semuanya, terbesit dalam benak pikiran dan jiwanya
akan bayangan wajah Abah Anom sebagai Mursyid TQN dan berkata : “Asal jangan
dihadapan Abah!”, pemuda itu terkejut dan gelisah, dengan segera meninggalkan
hotel. Gagallah keinginan nafsunya.
Dihari yang lain, pemuda itu datang lagi
ke hotel untuk melaksanakan hasrat nafsunya yang tidak terbendung. Namun,
disaat detik-detik akan melaksanakan maksiatnya, terulang kembali kemunculan
wajah Abah Anom dalam jiwa dan pikirannya dan mengatakan : “Tidak apa-apa, asal
jangan dihadapan Abah”. Pemuda itu kembali mengurungkan niatnya dan kembali
pulang.
Abah
Anom sedang bersama para pemuda
Cerita
ini diambil dari ceramahnya KH.M.Abdul Gaous Saefulloh Al-Maslul atau Ajengan
Gaos
Begitupun dihari-hari selanjutnya,
kejadian itu terus terulang jiwa dan pikirannya selalu dihantui bayangan
tatapan wajah Abah Anom seorang Wali Allah dan perkataannya disaat-saat akan
melakukan maksiat dengan pelacur. Kegagalan-kegagalan hasrat syetan yang
terulang dalam jiwa pemuda itu dikarenakan kemunculan wajah Wali Allah Mursyid
Thoriqoh Qodiriyyah wan Naqsyabandiyyah.
Akhirnya, dengan kejadian itu pemuda
tersebut menghentikan dari hobinya melacur untuk selamanya dan menjadi pengamal
Thoriqoh Qodiriyyah wan Naqsyabandiyyah. Sesungguhnya kejadian itu suatu
anugrah dari Allah untuk hamba yang dicintai dengan perantara Mursyid sebagai
pilihan-Nya. Subhanallah. Bayangan wajah Mursyid itu adalah sebagai burhana
robbihi (cahaya / tanda dari Allah) yang membawa berkah terhadap pemuda
tersebut.
Kita teringat akan kisah salah satu
utusan Allah yaitu Nabi Yusuf as. yang ditolong Allah ketika akan terjadi
maksiat dengan Siti Zulaikha. Dalam al-Qur’an Surat Yusuf ayat 24:
“Sesungguhnya wanita itu telah bemaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf,
dan Yusuf-pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu (Zulaikha) andaikata
tidak melihat burhana robbihi yaitu tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah agar
Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu
termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.” (QS: Yusuf 24)
Dalam ayat ini terdapat perkataan Allah
“Burhana Rabbihi”. Menurut perkataan Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir Ibnu Katsir,
juz II / 474 : “Adapun maksud “Burhaana Rabbihi” yang terlihat oleh Yusuf, maka
terdapat beberapa pendapat. Menurut sahabat Abdullah bin Abbas, Said, Mujahid,
Sa’id bin Jubair, Muhamad bin Sirin, Hasan, Qatadah, Ibnu Sholeh, Dlohah,
Muhammad bin Ishaq dan lain-lain yakni Yusuf melihat bayangan ayahnya (Ya’kub),
rupanya, bentuknya seakan-akan ayahnya marah-marah. Menurut sebagian riwayat
memukul dada Yusuf. Al-‘Aufi berpendapat dari Ibnu Abbas, maksud perkataan itu
ialah Yusuf teringat kepada bayangan wajah suami Zulaikha yaitu raja Qithfir
yang seolah-olah ada dirumah dan mengetahui apa yang akan diperbuat Yusuf.
Demikian juga Muhammad bin Ishaq berpendapat yang sama.” (Tafsir Ibnu Katsir,
II / 474) Subhanallah…
ABAH
ANOM DAN KIAI TOHIR
Tersebutlah seorang kiayi bernama
KH.Tohir yang sedang menimba ilmu di salah satu pesantren di kotanya. Konon
Sang Guru yang mengajarkan ilmu di pesantrennya tersebut melarang Kiayi Tohir
untuk tidak menemui seorang kiayi besar yang tinggal di Suryalaya bernama Abah
Anom, apalagi berguru kepadanya. Namun, setelah melalui penelusuran dan
pembelajaran ilmu tassawuf yang diajarkan di Pesantren Suryalaya, akhirnya
kiayi Tohir meminta kepada Abah Anom untuk dibaiayat atau ditalqin dzikir (di
ajarkan dzikir Thoriqoh). Namun, tentu saja dalam benak kiayi Tohir
kunjungannya ke Abah Anom yang tanpa sepengatahuan gurunya itu akan membuat
murka di pesantren dikotanya. Apalagi, setelah di talqin dzikir (pengajaran
dzikir thoriqat) ada suatu amanat dari Abah Anom yakni ucapan salam yang harus
disampaikan kepada guru dipesantrennya. Ketika kiayi Tohir sedang duduk menunggu
sholat berjamaah di Mesjid Nurur Asror di Kompleks Pesantren Suryalaya sebelum
ia kembali bertolak ke kampung halamannya, pikirannya terus berkecamuk tidak
bisa tenang. Ketika dalam benaknya terbersit bagaimana wajah murka gurunya yang
sedang memarahinya habis-habisan karena ketidak taatannya, tiba-tiba ada yang
menepuk pundaknya dengan sorban dan berkata: “Tong sok goreng sangka kabatur,
komo ka guru soranganmah, boa teuing teu kitu! dalam bahasa Indonesia : “jangan
selalu berburuk sangka terhadap orang lain, apalagi terhadap guru sendiri,
belum tentu seperti itu “. Kiyai Thohir begitu kaget ternyata yang menepuk
pundak dan membaca pikirannya itu adalah guru ruhaninya yang baru, yaitu Syekh
Ahmad Shohibul Wafa Tajul ‘Arifin ra (Abah Anom). Dari kejadian itu Kiai Thohir
mendapatkan pelajaran yang berharga bahwa seorang guru ruhani Mursyid Thoriqoh
Qodiriyyah wan Naqsyabandiyyah bisa mengetahui hati murid-muridnya dimanapun
mereka berada. Mursyid akan terus mengawasi dan membimbing hati murid-muridnya
agar hati selalu menuju Allah
Sepulang dari Pesantren Suryalaya dan
kembali ke Pesantren dikampungnya, Kiai Thohir menyampaikan amanat salam dari
Mursyid Kammil Mukammil Syekh ahmad Shohibul Wafa Tajul ‘Arifin ra kepada
gurunya. Dan ternyata, diluar dugaan Kiayinya yang dipesantren itu malah memuji
Abah Anom bahkan Kiayi Thohir sebagai salah satu murid kesayangannya itu
dianjurkan untuk menjalankan ajaran yang di bawa oleh Abah Anom sebagai pewaris
para Nabi. Selanjutnya, Kiayi Thohir mengabdikan diri sepenuhnya kepada Abah
Anom dan mengamalkan ajaran yang telah diajarkannya. Akhirnya Kiai Thohir
dipercaya menjadi salah satu wakil Talqin, yaitu orang yang di izinkan untuk
mengajarkan atau mengijazahkan dzikir Thoriqoh kepada orang yang
membutuhkannya.
Cerita
ini diambil dari ceramahnya KH.M.Abdul Gaous Saefulloh Al-Maslul atau Ajengan
Gaos salah satu wakil Talqin Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah Pondok
Pesantren Suryalaya Tasikmalaya, Jawa Barat Indonesia.
BERKAT
KAROMAH ABAH ANOM
KANKER
RAHIM JADI JANIN HIDUP
Abah
Anom
Cerita ini diambil dari ceramahnya
KH.M.Abdul Gaous Saefulloh Al-Maslul atau Ajengan Gaos salah satu wakil Talqin
Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya,
Jawa Barat Indonesia.
KH.
Maksum memiliki seorang istri yang sedang mengandung. Menurut fonis dokter,
istri kiayi tersebut bukanlah kehamilan normal yang biasanya terjadi pada
seorang wanita. Namun istri KH.Maksum di vonis menderita kangker dan harus
segera dioperasi. Sang Kiayi akhirnya datang ke Suryalaya ingin bertemu Pangersa
Abah Anom untuk meminta doa beliau agar istrinya diberi kelancaran saat
operasinya nanti. Ketika kiayi Maksum mengutarakan maksudnya tersebut, Abah
hanya berkata: “Heug, sing jadi jelema”, dalam bahasa Indonesia: iya, jadi
manusia, maksudnya adalah semoga kandungan istri kiayi Maksum menjadi manusia
dengan izin Allah.
Dan ternyata, baru saja istri kiayi
Maksum satu langkah keluar dari rumah Pangersa Abah, dia merasakan
gerakan-gerakan dalam rahimnya itu, subhanallah. Kontan saja istri kiayi Maksum
kaget, dan langsung memeriksakan dirinya ke Dokter. Lalu apa kata Dokter?
Subhanallah, Dokter pun sama terkejutnya dengan pasangan suami istri Kiayi
Maksum tersebut. Allahu Akbar, kun fayakun, dengan izin-Nya melalui doa
Kekasih-Nya, daging jadi yang asalnya akan diangkat tersebut, ternyata berubah
menjadi sesosok manusia kecil yang menggemaskan berjenis kelamin laki-laki. Ya,
ternyata setelah dioperasi daging jadi itu berubah menjadi seorang bayi, yang
diberi nama Sufi Firdaus. Idos panggilan anak ini, hingga saat ini masih hidup
dan mengabdikan dirinya untuk menjadi murid Syeikh Ahmad Shohibul wafa Tajul
‘Arifin qs. (Abah Anom).
Diposkan
oleh Rajanya Para Waliullah Zaman ini Abah Anom di 01:10
WANITA MEMANGGIL- MANGGIL ABAH ANOM
SELAMAT
DARI TINDAK PERKOSAAN
Abdul telah tiada. Bunga di atas kuburan
Abdul yang terletak di area kuburan blok Nyongklang Selajambe Kab. Kuningan
tampak masih segar sekalipun sudah tiga hari terpanggang panas terik matahari.
Begitu pula gundukan tanah merah tampak terlihat masih basah padahal kuburan
sekelilingnya sudah kering bahkan terlihat retak-retak akibat kemarau
berkepanjangan.
Sepintas, tak ada yang istimewa pada
kuburan tersebut. Sama saja seperti kuburan yang lainnya. Namun sesuatu yang
beda akan terasa disana. Wangi bunga akan tercium manakala orang melewati
kuburan tersebut. Emangnya, siapa sich, yang “tertidur” di dalam sana? Inilah
kisahnya….
Adalah Abdul, seorang laki-laki yang 3/4
usianya dihabiskan dalam lembah kemaksiatan. Di kota Metropolitan, Abdul
menjelma menjadi bajingan yang Super Haram Jadah. Ia adalah jagoan yang tak
pernah kenal rasa takut. Bagi sesama penjahat, Abdul adalah momok yang
menakutkan. Bagi polisi lelaki yang sekujur tubuhnya dipenuhi tato wanita
telanjang itu merupakan sosok penjahat yang super licin yang sulit ditangkap
karena kepandaiannya menggunakan jampi-jampi sehingga mampu berkelit dari
kejaran aparat. Kapanpun dan dimanapun, perbuatan maksiat tak pernah ia
lewatkan.
Hingga suatu malam di bulan November
2005….. Niat jahatnya muncul kembali ketika melihat seorang penumpang wanita
sendirian di mobil omprengan daerah Plumpang, Jakarta Utara. Bersama dua orang
temannya, ditodongkannya pisau ke arah sopir dan kernet yang tidak berdaya
menghadapi ancaman tersebut. Keduanya lalu diikat lalu Abdul CS. membawa
kendaraan tersebut ke salah satu tempat di Bogor yang sudah mereka persiapkan sebelumnnya.
Sesampainya di tempat, Abdul CS.
bermaksud untuk memperkosa wanita cantik tersebut. Dengan cara paksaan, wanita
itu -sebut saja Sinta- diminta untuk melayani nafsu binatangnya. Namun Sinta
berupaya sekuat tenaga untuk melepaskan diri dari bahaya sambil berteriak :
“Abah, Abah, Abah, tolong saya!”. Subhanalloh, atas kehendak-Nya, disaat Abdul
akan melampiaskan nafsu kebinatangannya, tiba-tiba saja “burung” miliknya
mendadak terkulai lemas dan ia merasakan kesakitan yang luar biasa. Begitu juga
kedua temannya yang akan memperkosa Sinta mengalami hal serupa. Dalam keadaan
seperti itu, Sinta langsung melarikan diri………..
Setelah kejadian tersebut, Abdul CS
mengalami nasib naas. Kemaluannya membengkak dan tiga bulan kemudian, dua orang
temannya mati mengenaskan akibat “burung”nya MEMBESAR. Untunglah, Abdul cepat
sadar. Ia tahu, bahwa peristiwa tersebut merupakan hukuman dari Allah atas
dosa-dosa mereka yang telah diperbuat. Lalu, ia menemuia salah seorang temannya
yang sudah terlebih dahulu insyaf dan bertaubat.
Setelah diutarakan maksud dan
kedatangannya, teman Abdul tersebut membawanya ke salah satu Majlis Dzikir dan
kemudian bertaubat. Melalui Kiayi yang menuntunnya, iapun tahu bahwa taubat
tidak berarti harus menghilangkan seluruh tato yang ada ditubuhnya. Dengan
semangat yang kuat dan tekad yang membaja, Abdulpun mendapatkan Talqin Dzikir
dan mengamalkan semua amaliahnya seperti Khotaman meskipun dia hafalkan dari
latinnya.
Teman-teman seprofesi dulu di Jakarta
banyak yang ia temui sehingga dia memutuskan untuk hijrah dari Jakarta ke
kampung halamannya, takut jika niat jahatnya kembali muncul. Di kampung halamannya,
masyarakat tidak begitu saja bisa langsung menerimanya, malah menaruh rasa
curiga bahkan tak jarang kata-kata pedas sering dilontarkan kepadanya. Berbekal
TANBIH dan dzikrullah, ia tetap tersenyum dan berbaik budi. Sehingga akhirnya
masyarakatpun dapat menerima, bahwa Abdul telah kembali ke jalan yang lurus. Untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, dia menjadi buruh tani dan pekerjaan serabutan
lainnya hanya untuk sesuap nasi sehingga tetap bisa melaksanakan amaliah
dzikrullah seperti yang pernah didapatkannya di Jakarta. Hingga akhirnya, pada
hari Jum’at di tahun 2006 selepas Subuh, ia dipanggil kembali oleh Allah dalam
posisi Tawajuh.
ABAH
ANOM ADALAH SULTHANUL AWLIA DI ZAMAN INI SEBAGAMANA FATWA SAYYID MUHAMMAD BIN
ALWI AL-MALIKI AL-HASANI AS-SYADZILI. RA
KH.
Dodi Firmansyah ditanya oleh almarhum Sayyid Muhammad Al-Maliki Al-Hasani Ra
pada saat 40 hari menjelang wafatnya. Kiyai muda asal Garut tersebut
terperanjat saat al-‘alamah tersebut tiba2 menanyakan sosok guru yang telah
menanamkan kalimat agung dilubuk hatinya. Lebih terkejut lagi saat Ulama
tersebut “tercekat” sewaktu disebutkan nama Syekh Ahmad Shohibul wafa Tajul
‘Arifin. Secara sepontan Al Imam al Alim al Alamah al Arif Billah Muhadits al
Musnid al Mufasir Qutb al Haramain Syeikh Muhammad al Maliki al Hasni al
Husaini as Syadzili Mekah menyebutkan bahwa Syekh ahmad Shohibul wafa Tajul
‘Arifin adalah Sulthonul Awliya fi hadza zaman ( RAJANYA PARA WALI ZAMAN
SEKARANG ) bahkan beliaupun menyebutkan QODDASALLAHU SIRROHU bukan rodliyallohu
‘anhu seperti yang kebanyakan disebutkan oleh para ikhwan. Walaupun secara
dhohir Syekh Muhammad Alawy Al-Maliki belum bertemu dengan pangersa Abah namun
keduanya telah mengenal di alam ruhani yang tak dibatasi ruang dan waktu.
Sayyid Prof. Dr. Muhammad ibn Sayyid
‘Alawi ibn Sayyid ‘Abbas ibn Sayyid ‘Abdul ‘Aziz al-Maliki al-Hasani al-Makki
al-Asy’ari asy-Syadzili lahir di Makkah pada tahun 1365 H.
Sekilas
profil KH.Dodi Firmansyah Usianya masih muda kelahiran garut tahun 1978. Sejak
usia SMP ia dikenal ahli hikmah sedangkan ketertarikan dalam dunia tasawwuf ia
ke Pondok Pesanttren Suryalaya sejak dimulai kelas 4 SD . Kiayi ini pernah di
didik langsung oleh almarhum Al-Alamah Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki ra
di mekkah selama 6 tahun. Pulang mesantren dari mekkah pada tahun 2006, kiyai
ini menikah dengan Hj.Siti Fatimah putri seorang pengusaha asal Tasikmalaya dan
dikaruniai putra yang diberinama M.Lutfi L. Makki.
Pendapat
KH.Dodi tentang sosok Pangersa Abah Anom : Saya tidak bisa mengungkapkannya
dengan kata-kata. Cukuplah 2 pendapat Ulama kelas dunia yang mengomentarinya.
Pertama ungkapan dari guru saya sendiri di mekkah, yaitu Sayyid Muhammad bin
Alawy bin Abbas Al-Maliki Al-Hasani ra. Beliau sendiri yang mengungkapkan bahwa
Syekh Ahmad Shohibul wafa Tajul ‘Arifin qs. Adalah Sulthonul Awliya fi Hadza
Zaman dan kedua Mursyid Kammil Mukammil Thoriqoh Naqsyabandi Al-Haqqani,
As-Sayyid Al-‘Alamah Al-‘Arif billah Syekh Mohammad Nazim Adil al-Haqqani, sufi
kenamaan dari Cyprus-Turkey yang menyebutkan Pangersa Abah (Syekh Ahmad
Shohibul wafa Tajul ‘Arifin qs) adalah Sufi agung di timur jauh.Dalam majalah
sintoris (Sinar thoriqoh islam) disebutkan As-Sayyid Al-‘Alamah Al-‘Arif billah
Syekh Mohammad Nazim Adil al-Haqqani ra mengatakan bahwa Syekh Ahmad Shohibul
wafa Tajul ‘Arifin adalah WALI AGUNG DITIMUR JAUH.. hal itu pernah disampaikan
juga di kampus oleh KH.Wahfiuddin setelah mendampingi syekh Mohammad Nazim Adil
al-Haqqani ke P.P.Suryalaya.
Syekh
Muhammad Al-Maliki Al-Hasani Ra
ABAH
ANOM DIMATA AS-SAYYID AL-‘ALAMAH AL-‘ARIF BILLAH SYEKH MOHAMMAD NAZIM ADIL
AL-HAQQANI AL-HASANI
As-Sayyid
Al-‘Alamah Al-‘Arif billah Syekh Mohammad Nazim Adil al-Haqqani al-Hasani dari
Cyprus Turkey telah menegaskan :
"Banyak
para alim ulama dan para cendikiawan muslim memberikan pengetahuan agama kepada
umat, pengetahuan itu bagaikan lilin-lilin, apalah artinya lilin-lilin yang
banyak meskipun lilin-lilin itu sebesar pohon kelapa kalau lilin-lilin itu
tidak bercahaya. Dan cahaya itu salah satunya berada dalam qalbunya beliau (
Syekh Ahmad Shohibul Wafa Tajul 'Arifin).
Saya
tidak tahu apakah Nur Illahi yang dibawanya akan putus sampai pada beliau saja,
atau masih akan berlanjut pada orang lain. Tapi saya yakin dan berharap,
sesudah beliau nanti masih akan ada orang lain yang menjadi pembawa Nur Illahi
itu. Siapakah orangnya, saya tidak tahu.
Maka Anda sekalian para hadirin,
ambillah Nur Illahi itu dari beliau saat ini. Mumpung beliau masih ada, mumpung
beliau masih hadir di tengah kita, sulutkan Nur Illahi dari qalbu beliau kepada
qalbu anda masing-masing. Sekali lagi, dapatkanlah Nur Ilahi dari orang-orang seperti
Syekh Ahmad Shohibulwafa Tajul 'Arifin.
Dari qalbu beliau terpancar
pesan-pesan kepada qalbu saya. Saya berbicara dan menyampaikan semua pesan ini
bukan dari isi qalbu saya sendiri. Saya mengambilnya dari qalbu beliau. Di
hadapan beliau saya terlalu malu untuk tidak mengambil apa yang ada pada qalbu
beliau. Saya malu untuk berbicara hanya dengan apa yang ada pada qalbu saya
sendiri."
As-Sayyid Al-‘Alamah Al-‘Arif billah
Syekh Mohammad Nazim Adil al-Haqqani al-Hasani dari Cyprus Turkey telah
menegaskan :
"Banyak
para alim ulama dan para cendikiawan muslim memberikan pengetahuan agama kepada
umat, pengetahuan itu bagaikan lilin-lilin, apalah artinya lilin-lilin yang
banyak meskipun lilin-lilin itu sebesar pohon kelapa kalau lilin-lilin itu
tidak bercahaya. Dan cahaya itu salah satunya berada dalam qalbunya beliau (
Syekh Ahmad Shohibul Wafa Tajul 'Arifin).
Saya tidak tahu apakah Nur Illahi yang
dibawanya akan putus sampai pada beliau saja, atau masih akan berlanjut pada
orang lain. Tapi saya yakin dan berharap, sesudah beliau nanti masih akan ada
orang lain yang menjadi pembawa Nur Illahi itu. Siapakah orangnya, saya tidak
tahu.
Maka Anda sekalian para hadirin,
ambillah Nur Illahi itu dari beliau saat ini. Mumpung beliau masih ada, mumpung
beliau masih hadir di tengah kita, sulutkan Nur Illahi dari qalbu beliau kepada
qalbu anda masing-masing. Sekali lagi, dapatkanlah Nur Ilahi dari orang-orang
seperti Syekh Ahmad Shohibulwafa Tajul 'Arifin.
Dari qalbu beliau terpancar pesan-pesan
kepada qalbu saya. Saya berbicara dan menyampaikan semua pesan ini bukan dari
isi qalbu saya sendiri. Saya mengambilnya dari qalbu beliau. Di hadapan beliau
saya terlalu malu untuk tidak mengambil apa yang ada pada qalbu beliau. Saya
malu untuk berbicara hanya dengan apa yang ada pada qalbu saya sendiri."
PROF.
DR. BUYA HAMKA KETUA UMUM MUHAMMADIYYAH DI BAI’AT TAREKAT QODIRIYYAH
WANNAQSYABANDIYYAH DAN MENJADI MURID ABAH ANOM
SIAPA
sangka mantan pimpinan Muhammadiyah Buya Hamka ternyata mengikuti Thoriqoh
Qodiriyah Naqsabandiyah. Ketua MUI pertama ini berbaiat kepada Abah Anom,
mursyid tarekat dari pesantren Suryalaya Tasikmalaya.
Hal
ini diungkapkan Dr Sri Mulyati, pengajar tasawwuf UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, baru-baru ini. Ini penelitian pribadi saya ketika menyelesaikan
disertasi, ada fotonya ketika berbaiat dengan Abah Anom. Cuma ada sebagian
orang Muhammadiyah yang tak percaya, katanya.
Mantan
Ketua Umum Fatayat NU ini menuturkan, Buya Hamka sendiri pernah berujar di
Pesantren Suryalaya Tasikmalaya bahwa dirinya bukanlah Hamka, tetapi Hampa.
Saya tahu sejarahnya, saya tahu tokoh-tokohnya, tetapi saya tidak termasuk di
dalamnya, karena itu saya mau masuk. Akhirnya beliau masuk, karena mungkin haus
spiritual, tandasnya. Buya Hamka berkata: diantara makhluk dan kholik itu ada
perjalanan yg harus kita tempuh. inilah yg kita katakan thoriqoh.
Hamka
memang dikenal memahami dunia thoriqoh. Salah satu karyanya adalah Tasawuf
Modern, yang mengupas dunia tasawuf dan penerapannya pada era modern ini.
Syekh
Ahmad Shohibul wafa Tajul ‘Arifin ( Abah Anom ) memberikan jubah dan tongkat
kepada Prof. DR. Buya Hamka saat jadi Ketua MUI
PROF.
DR. HARUN NASUTION TOKOH YANG DIKENAL PALING RASIONAL DI BAI’AT TAREKAT
QODIRIYYAH WANNAQSYABANDIYYAH
DAN
MENJADI MURID ABAH ANOM
Tokoh lain yang dikenal publik
sangat rasional tetapi juga mengikuti tarekat adalah Harun Nasution. Menurut
Sri Mulyati yang lulus doctor dari McGill University ini, persentuhan Harun
dengan dunia tarekat dimulai ketika mengantar proses penyembuhan anaknya ke
Suralaya. Ia melihat, hanya dengan sholat tahajjud saja, seseorang bisa sembuh.
Akhirnya, sampai akhir hayatnya, beliau sangat sufi, ikut Abah Anom. Padahal
beliau seorang profesor yang sangat rasional, terangnya.
Ibnu
Taimiyah, yang oleh sebagian orang dipercaya anti-thoriqoh, ternyata juga
menjelang akhir hayatnya secara pribadi mengikuti tarekat.
Dalam
buku Syeikh Hisyam Kabbani, dia belajar dan mempraktekkan tarekat, memang tidak
mengajarkan. Seperti Imam Ghozali, belajar dan mempraktekkan, meskipun bukan
mursyid, setelah dia tidak puas di ilmu kalam, akhirnya belajar tasawwuf dan
mengamalkan sehingga menghasilkan rekonsiliasi, ujarnya.
ABAH
ANOM DAN JAGOAN DARI SURABAYA
K.H.
M. Ali Hanafiah Akbar, itulah nama seorang kiai yang berasal dari Surabaya.
Tidak terbayangkan kiai pemimpin pesantren tersebut adalah mantan jagoan
jalanan. Ini berdasarkan cerita beliau KH. Ali Hnafiah Akbar yang saat itu di
wawancarai oleh wartawan majalah Nuqtoh beliau menceritakan bahwa dirinya sejak
kecil tidak kefikiran punya cita-cita jadi kiai apalagi memimpin pesantren
tetapi cita-citanya sejak kecil adalah ingin menjadi seorang jagoan.
Keinginanya yang sangat kuat inilah membuat ia sangat gigih didalam mendalami
ilmu kanuragan atau bela diri bahkan setiap ada orang yang terkenal jago silat
pasti ia datangi. Berbekal ilmunya tersebut Ali berusaha menjadi jagoan jalanan
di Surabaya dan akhirnya ia pun hijrah ke Jakarta. Dan di Jakarta ia menjadi
tukang pukul salah satu perusahaan bahkan karena kemampuanya berkelahi yang
tidak terkalahkan ia pernah dikontrak oleh Edi Tansil untuk mengamankan proyek
besar. Ternyata hidayah merubah jalan hidup jagoan ini ia bertemu dengan salah
seorang ikhwan TQN dan entah apa yang terjadi didalam hatinya terbesit ingin
bertemu dengan Abah Anom Mursyid Toriqoh Qodiriyyah Wannaqsyabandiyah. Iapun
pergi dari Jakarta bermaksud menemui Abah Anom, dan maksudnya pun terlaksana
dan ia mendapat Talqin Dzikir oleh Abah Anom setelah itu abah anom menyuruhnya
pulang. Rupanya hatinya berkecamuk dan iapun mengeluh “jauh-jauh datang dari
Jakarta Cuma diajarin dzikir ,….huh….”. Tetapi apa yang terjadi setelah ada
dalam perjalanan mulutnya terasa terkunci, enggan berbicara kepada siapapun,
bahkan ia disangka orang stress…dari diamnya ia inilah ia merasa abah anom
selalu disampingnya dan mengajarinya berbagai macam ilmu tentang agama dan
entah kenapa setelah mulut mau berbicara kembali ia sudah bisa ceramah mengenai
ilmu-ilmu agama. Akhirnya beliau mendirikan pesantren dan mendapat Khirqah
sebagai wakil talqin Abah Anom di Surabaya.
ABAH
ANOM DAN PEMUDA JAGO SILAT
Diceritakan oleh
KH Komaruddin yang merupakan wakil talqin senior Abah Anom beliau menuturkan
bahwa ada salah seorang pemuda jago di dunia persilatan ( beliau KH Komaruddin
tidak menyebutkan nama pemuda tersebut). Pemuda tersebut suatu hari mendatangi Mursyid Kammil Mukammil
Syekh Ahmad Shohibul wafa’tajul Arifiin (Abah Anom ) dengan maksud menantang
untuk berduel denganya, hal ini karena pemuda tersebut mendengar kemasyhuran
Abah Anom. Tetapi Abah Anom dengan suara lembutnya menolak tantangan pemuda
tersebut, seraya mengatakan bahwa Abah tiada bisa apa-apa…. Setelah beberapa
kali mendapat tolakan dari abah anom ternyata pemuda tersebut semakin geram dan
marah, sehingga ia berusaha menerjang badan Abah Anom yang yang sedang duduk
bersila, tetapi apa yang terjadi …pemuda tersebut terpental seraya
menjerit………aing jin ……aing jin…..aing jin,…..aing jin,…….padahal Abah Anom
tiada bergerak dari tempat duduknya.
ABAH
ANOM DAN UPAYA PEMULIHAN KORBAN PENYALAH GUNAAN NARKOBA
Dalam
rangka memberikan andil terhadap bangsa dan Negara Abah Anom memiliki peram
serta dengan merintis dan membentuk sebuah lembaga yang khusus menangani dan
menyembuhkan para korban kecanduan NARKOBA yang disebut dengan INABAH. Metode
yang diterapkan oleh Abah Anom di dalam INABAH menggunakan metode dzikir dan
shalat serta mandi taubat yang merupakan amalan TQN Suryalaya, dengan metode
ini ribuan pecandu NARKOBA berhasil disembuhkan bahkan INABAH sekarang sudah
berkambang ke beberapa daerah di Indonesia dan mancanegara.
ABAH
ANOM TELAH ADA DALAM PENGLIHATAN BATIN SYEKH TOLHAH KALISAPU CIREBON
Syekh
Abdullah Mubarrok Bin Nur Muhammad ( Abah Sepuh ) ayahanda sekaligus guru Abah
Anom
Syekh Abdullah Mubarak bin Nur Muhammad
r.a, diangkat menjadi mursyid di Mesjid Kholwat oleh Syeikh Tolhah r.a. dari
Kalisapu Cirebon. Kemudian beberapa tahun setelah itu, Syeikh Tholhah r.a
menyuruh beliau untuk mendirikan pesantren dan diamanati dengan nama Pesantren
itu SURYALAYA yang artinya TEMPAT CAHAYA juga amanat agar pesantren itu
dikembangkan, karena dalam pandangannya, Pesantren dengan nama Suryalaya ini
nantinya akan menjadi pusat perkembangan Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah di
manca negara oleh putranya kelak yakni Syekh Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin (
Abah Anom )
Diceritakan ketika Syeikh Abdullah
Mubarok ( Abah Sepuh ) pulang berguru dari pulau Madura kepada Syeikh Kholil
Bangkalan Abah Sepuh langsung naik perahu tanpa dibekali dayung atau layar,
dengan hanya bekal sholawat Bani Hasyim yang dibacanya sepanjang perjalanan,
beliau sampai ke Cirebon. Artinya perahunya dijalankan hanya dengan bacaan
sholawat Bani Hasyim yang beliau dapatkan dari gurunya Syeikh Kholil Bangkalan.
SHALAWAT
BANI HASYIM
اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى النَّبِىِّ الْهَاشِمِىِّ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَسَلِّمْ
تَسْلِيْمً
Artinya :
Ya Allah, Berikanlah rahmat serta salam kepada seorang nabi
keturunan Bangsawan Hasyim,
yakni Muhammad beserta keluarganya, semogalah tetap selamat
dan sejahtera.
Silsilah Muktabar
Thoriqoh Qodiriyah Wannaqsyabandiyyah Suryalaya
Robbul Arbaabi Wamu tqurroobi Allah SWT
Sayyiduna Jibriil a.s
Sayyiduna Muhammad SAW
Sayyiduna Aliyyu Karomallahu Waj’hah
Sayyiduna Husain r. a
Sayyiduna Zainal Abidin r.a
Sayyiduna Muhammadul Baaqir r.a
Sayyiduna Imam Musa Al kadziim ra
Sayyiduna Imam Musa Al kadziim ra
Sayyiduna Abul
hasani Aliyyubnu Musa ArRidho ra
Syekh Ma’rufil Karkhi ra
Syekh Sirri Saqthii ra
Syekh Abul Qaasim Junaidi Al Baghdaadi ra
Syekh Abu Bakar Diifisyibili ra
Syekh Abul Fadli A.W
Atamimi ra
Syekh Abul Fraji Alturthuushi ra
Syekh Abul Hasan Aliyyubnu Yuusuufal Qirsli Alkhaari ra
Syekh Abu Sa’id Almubarrak Ibnu Alliyyu Almakhzuumi ra
Syekh Abdul Qoodir Al- Jaelani. Qsa
Syekh Abul Aziiz ra
Syekh Muhmmad Hattaak ra
Syekh Syamsuddin ra
Syekh Syaroffuddin ra
Syekh Nuuruddiin ra
Syekh Waliyyuddin. Ra
Syekh Hisyammuddin ra
Syekh Yahya ra
Syekh Abu Bakr ra
Syekh Abdurrohiim ra
Syekh Utsman ra
Syekh Abdul Fattah ra
Syekh Muhammad Muraad ra
Syekh Syamsuddiin ra
Syekh Ahmad KHaatib Syambas Ibni Abdil Ghofar ra
Syekh Tholhah ra Cirebon
Syekh Abdulah Mubarrak Bin Nur Muhammad ra ( Abah Sepuh )
Syekh Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin ( Abah
Anom )
KEMULIAAN
ABAH ANOM
MENURUT
( GURU SEKUMPUL ) ALLAMAH AL ‘ARIF BILLAH SYEKH M. ZAINI ABD. GHANI MURSYID
TAREKAT SAMMANNIYYAH
Ada
cerita menarik dari Subhan seorang Dosen IAILM Suryalaya pernah silaturahmi
kepada Tuan Guru Ijai Martapura Kalimantan Selatan. Di kisahkan Tuan guru Ijai
menyampaikan bahwa SYEH A. SHOHIBUL WAFA TAJUL ARIFIN ADALAH LAUTAN THORIQOH,
hal ini disampaikan kepada Pangersa Abah Anom kemudian di balas oleh Abah Anom
bahwa Tuan Guru Ijai adalah LAUTAN ILMU ....
Al
'Arif Billah Syekh Muhammad Zaini Abd. Ghani al Aidrus Martapura (kanan) dan Al
'Arif Billah Sayyid Muhammad al Maliki al Hasani as Syadzily Mekah
‘Alimul
‘allamah Al ‘Arif Billah Syekh M. Zaini Abd. Ghani adalah seorang ulama yang
menghimpun antara thariqat dan haqiqat, dan beliau seorang yang Hafazh AI-Quran
beserta hafazh Tafsirnya, yaitu Tafsir Al-Quran Al-‘Azhim Lil-Imamain
Al-Jalalain. Beliau seorang yang “mahfuzh”, yaitu suatu keadaan yang sangat
jarang sekali terjadi, kecuali bagi orang orang yang sudah dipilih oleh Allah
SWT. beliau tidak pernah ihtilam.
Pada
usia 9 tahun di malam jumat beliau bermimpi melihat sebuah kapal besar turun
dari langit. Di depan pintu kapal berdiri seorang penjaga dengan jubah putih
dan di gaun pintu masuk kapal tertulis “Safinah al-Auliya”. Beliau ingin masuk,
tapi dihalau oleh penjaga hingga tersungkur. Beliaupun terbangun. Pada malam
jum’at berikutnya, beliau kembali bermimpi hal serupa. Dan pada malam jumat
ketiga, beliau kembali bermimpi serupa. Tapi kali ini beliau dipersilahkan
masuk dan disambut oleh salah seorang syaikh. Ketika sudah masuk beliau melihat
masih banyak kursi yang kosong. Ketika beliau merantau ke tanah Jawa untuk
mencari ilmu, tak disangka orang yang pertama kali menyambut beliau dan menjadi
guru adalah orang yang menyambut beliau dalam mimpi tersebut.
Dalam
usia 10 tahun sudah mendapat khususiat dan anugerah dari Tuhan berupa Kasyaf
Hissi yaitu melihat dan mendengar apa-apa yang ada di dalam atau yang
terdinding. Pernah rumput-rumputan memberi salam kepada beliau dan menyebutkan
manfaatnya untuk pengobatan dari beberapa penyakit, begitu pula batu-batuan dan
besi.
Di
masa remaja 'Alimul 'allamah Al 'Arif Billah Asy-Syekh H. M. Zaini Abd Ghani
pernah bertemu dengan Saiyidina Hasan dan Saiyidina Husin yang keduanva
masing-masing membawakan pakaian dan memasangkan kepada beliau lengkap dengan
sorban dari lainnya. Dan beliau ketika itu diberi nama oleh keduanya dengan
nama Zainal 'Abidin.