.

Bintang-bintang Dan Pepohonanpun Berdzikir Dengan Bergoyang, Bukankah Hanya dengan Berdzikir Hati Menjadi Tenang, Anda Memasuki Kawasan Wajib Dzikrullah

Saturday 10 December 2011

LONG LIVE EDUCATION DALAM PERSPEKTIF AYAT KURSI

REVITALISASI PARADIGMA “LONG LIVE EDUCATION ”
 MELALUI KONSEP PENDIDIKAN
“LAA TA’KHUDUHU SINATU WALAA NAUM”
 (Pendidikan yang Tiada mengenal kantuk dan tidur)


Oleh : Untung Riyanto,S.Pd.I
Cikendung, Pulosari, Pemalang

 Ditengah-tengah tuntutan sertifikasi dan peningkatan kualifikasi pendidikan bagi para guru, anda yang telah berusia lebih dari 40 tahun bagaimanakah cara anda untuk menyikapi tuntutan tersebut, apakah anda akan  menyikapinya dengan santai seperti tak ada tuntutan apa-apa? Ataukah mungkin berfikir acuh untuk menghentikan segala proses pendidikan pada diri anda karena merasa sudah udzur?. Ketika proses pendidikan telah mati termakan usia, atau mungkin berhenti karena karena tertidur, berarti ketika itu kita semua telah mengunci rapat-rapat pintu gerbang kemajuan dimasa depan, dan menghapus sejarah dimasa lalu. Sebab hanya dengan proses pendidikanlah manusia mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang dan mengambil pelajaran dimasa lalu. Dengan terputusnya proses pendidikan kita benar-benar “memasung” diri didalam segudang problematika kehidupan dengan kata lain kita tak mungkin bisa meyelesaikan berbagai macam persoalan hidup tanpa adanya suatu proses pendidikan, hal ini karena hidup itu sendiri adalah sebuah pembelajaran dan hampir dari setiap gerak-gerik dan pemahaman manusia adalah hasil dari proses pembelajaran. Inilah yang menjadi paradigma awal bahwa pendidikan harus berlangsung secara kontinyu selama manusia masih membutuhkan kehidupan. Untuk itulah penulis melalui pendekatan religi mencoba mengemukakan sebuah konsep pendidikan yang berlangsung secara kontinyu dan berkesinambungan tanpa mengenal kata akhir. Konsep pendidikan tersebut tercermin dalam sebuah kalimat “Laa ta’ khuduhu sinatu walaa naum”  ( Dialah yang tidak mengenal kantuk dan tidur ), sebuah kalimat yang kerap mengalun diantara kedua bibir ketika sedang berzikir usai shalat mahgrib dan shalat subuh. “Ayat kursi”…ya  Ayat kursi, itulah nama ayat itu, sebuah ayat yang diyakini mengandung kekuatan meta fisik untuk mengusir para makhluk halus. Tetapi tahukah anda? dibalik ayat-ayat yang “sakral” itu, ternyata terimplisit sebuah konsep pendidikan “mutakhir” yang perlu di perhitungkan, karena dalam hal ini penulis memandang adanya titik relevansi dengan usaha pemerintah dalam upaya memenuhi Standar Nasional Pendidikan yang tertuang dalam UU No 20 Th 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Konsep pendidikan yang paling nyaring terdengar dalam ayat-ayat tersebut adalah mengenai konsep pendidikan seumur hidup ( Long Life Education ) atau dalam bahasa ayat kursinya disebut laa ta’khuduhu sinatu walaa naum yaitu sebuah proses pendidikan yang tiada mengenal lelah, kantuk apalagi tidur (vacum). Inilah sebenarnya sebuah solusi yang realistis bagi para pelaku pendidikan jika menginginkan terwujudnya kemajuan di dalam dunia pendidikan. Yang menjadi sasaran konsep ini adalah para pelaku yang terlibat dalam proses pendidikan itu sendiri. Yaitu pendidik, peserta didik, penyelenggara dan pengelola pendidikan serta masyarakat sebagai kontrol sosialnya. Jika mereka semua “mendambakan” terwujudnya pendidikan yang berkualitas maka dituntut sebuah kerja keras tanpa mengenal lelah, lesu, kantuk atau bahkan tidur. Berarti disini diperlukan adanya pengabdian total dari para pelaku pendidikan itu, bukan komitmen yang setengah-setengah yang mudah layu (temporary). Karena untuk menghadapi tantangan-tantangan pendidikan di Era Globalisasi tidaklah cukup dengan komitmen yang setengah matang, dengan kerja keras dan komitmen total dari para pelaku pendidikan itulah diharapkan tercapai hasil yang optimal yaitu berupa kemajuan dalam bidang pendidikan sesuai dengan tujuan Sistem Pendidikan Nasional.
Konsep Pendidikan Dalam Perspektif Ayat Kursi
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa konsep pendidikan yang terkandung dibalik rangkaian huruf Ayat-ayat Kursi jauh lebih luas dan dalam dari apa yang akan saya kemukakan, tetapi yang nampak elegan dimata penulis ialah mengenai konsep Pendidikan Seumur Hidup ( Long Life Education ) dan penulis telah berupaya menguraikan mutiara-mutiara tersebut sesuai dengan disiplin ilmu yang dimiliki penulis. Didalam khasanah pendidikan konsep Long Life Education telah dikenal sejak lama,  konsep ini merumuskan suatu azas bahwa pendidikan ialah suatu proses yang terus-menerus atau kontinyu dari buaian ibu hingga sampai di liang lahat. Di Indonesia konsep pendidikan seumur hidup ( Long Life Education ) mulai di masyarakatkan melalui kebijakan negara yaitu ( TAP MPR. No IV/MPR/1973, TAP MPR No IV/MPR/1978, tentang GBHN ). Didalam GBHN dinyatakan bahwa “ pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan didalam lingkungan rumah tangga, sekolah, dan masyarakat karena itu pendidikan ialah tanggung jawab bersama antara keluarga masyarakat dan pemerintah”. Untuk itulah penulis memandang perlu adanya revitalisasi terhadap paradigma pendidikan seumur hidup dengan upaya menggali mutiara-mutiara terpendam dibalik makna Ayat Kursi. Adapun konsep pendidikan seumur hidup ( Long Life Education ) yang terimplisit dibalik makna Ayat-ayat kursi dapat di uraikan sebagai berikut :

Ø  Pendidikan tanpa mengenal batas waktu
Didunia ini dikenal ada 24 jam dalam waktu sehari semalam, berarti dalam konsep ini dituntut adanya proses pendidikan selama 24 jam non stop. Pendidikan 24 jam non stop bukan berarti terjadi proses pendidikan yang tidak mengenal isturahat, 24 jam non stop disini tetap mengenal istirahat, akan tetapi istirahat di sini adalah bagian dari proses pendidikan itu sendiri yang memiliki  muatan-muatan pendidikan, contoh :
       a. Tidur dalam konsep pendidikan ini adalah sebuah proses pembelajaran yang wajib           
dilaksanakan oleh peserta didik, tidur apabila dilakukan dengan cara-cara yang benar dan sesuai dengan aturan-aturan kesehatan dan nilai-nilai agama akan membawa dampak positif bagi kesehatan yang justru menjadi modal utama untuk mencapai keberhasilan dalam proses pembelajaran. Dalam konsep ini tidur diatur sebagai bagian dari proses pembelajaran serta dilakukan bimbingan dan pengawasan secara kontinyu dan berkesinambungan.
       b.  Bermain dalam konsep ini juga merupakan bagian dari proses pembelajaran,
            bermain jika diarahkan kepada permainan-permainan yang memiliki unsur-unsur 
            pendidikan akan memiliki fungsi ganda yaitu sebagai fungsi rekreatif dan fungsi
            pembelajaran. Dan tentunya diperlukan fasilitas permainan-permainan yang  
mengandung unsur-unsur pendidikan.
Konsep ini bukanlah hanya berupa teori semata yang belum pernah di uji cobakan, akan tetapi justru sudah di implementasikan dalam proses pembelajaran di Ma’had Al-Zaytun Indramayu, Jawa Barat yang “konon” sebagai lembaga pendidikan terbaik di Asia Tenggara
Ø  Pendidikan tanpa mengenal batas usia
Pendidikan tanpa mengenal batas usia berarti menganut azas pendidikan seumur      hidup yang bertitik pada keyakinan bahwa pendidikan berlangsung selama manusia hidup baik didalam maupun diluar sekolah. Hal tersebut sesuai dengan prinsip         “ idiologis“ yang menyatakan “ semua manusia dilahirkan kedunia mempunyai hak yang sama, khususnya hak untuk mendapatkan pendidikan, peningkatan pengetahuan dan keterampilan. Juga selaras dengan prinsip “ekonomis” yang menyatakan bahwa “cara yang efektif untuk keluar dari kebodohan dan kemiskinan ialah melalui pendidikan. Pendidikan seumur hidup memungkinkan seseorang untuk :
v  Meningkatkan produktifitasnya
v  Memelihara dan mengembangkan SDM yang dimiliki
v  Memungkinkan hidup di lingkungan yang lebih menyenangkan
v  Memiliki motifasi dan keterampilan dalam mendidik anak-anaknya
Untuk itulah dalam rangka mencapai keberhasilan dalam dunia pendidikan, pendidikan seumur hidup diarahkan kepada :
1.      Pendidik
Seorang pendidik yang notabene  sebagai penyalur ilmu pengetahuan justru lebih membutuhkan pendidikan seumur hidup dalam rangka pemenuhan self intres yang sudah menjadi tuntutan hidup mereka untuk mengimbangi lompatan waktu perkembangan zaman. Sebagaimana yang telah tertuang dalam UU No 14 Th 2005. Pasal 8 tentang kualifikasi, kompetensi, dan Sertifikasi. Yang menyatakan bahwa “Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”. Sungguh ironis jika ada seorang pendidik yang leha-leha tidak peka terhadap kemajuan zaman, ia akan mengalami keter belakangan dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Kalau pendidiknya saja seperti itu, lalu bagaimana dengan kualitas hasil produknya?. Oleh sebab itu, tidak ada kamusnya lagi kata-kata “udzur” atau “sudah tua” bagi para pendidik yang ingin meningkatkan kompetensinya melalui jenjang kualifikasi akademik yang lebih tinggi atau mengembangkan keterampilanya melelui pendidikan yang sifatnya non formal, karena dalam pasal 10 di jelaskan bahwa kompetensi yang dimaksud diatas meliputi : pendidikan akademik, kepribadian, sosial, dan profesionalisme, yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
2.      Peserta Didik
Pendidikan seumur hidup sangat perlu diarahkan dan ditanamkan kepada peserta didik dalam hal ini adalah anak-anak didik, karena mereka adalah cikal bakal dari unsur-unsur masyarakat yang membentuk suatu negara. Negara akan maju jika setiap pribadi dari anggota masyarakat menyadari akan arti pentingnya pendidikan. Sebab pendidikan adalah suatu bentuk tranformasi menuju kemajuan.
3.      Pribadi yang terlibat dalam dunia pendidikan
Yaitu para pengelola pendidikan yang bertindak sebagai pengawas, tenaga administrasi, komite sekolah dan sebagainya. Karena persoalan pendidikan semakin kompleks, pihak ini juga perlu mendapat arahan mengenai pendidikan seumur hidup agar mereka mampu menjalankan tugasnya dengan baik sesuai dengan tujuan yang dikehendaki dalam Sistem Pendidikan Nasional.
Demikianlah setetes makna yang dapat penulis tangkap dalam lautan makna dibalik kata Al-Hayyu ( Yang Maha Hidup ) yang terdapat di dalam Ayat Kursi.
Ø  Pendidikan tanpa mengenal batas wilayah
Lahuu Maa Fiissamaawaati Wamaa Fiil ardhi ( bagi-Nya apa-apa yang ada di dalam bumi dan apa-apa yang ada di langit ). Seperi apa yang telah disabdakan Nabi Muhammad S.A.W yang menyatakan “carilah ilmu walau sampai ke negeri Cina” . Ayat Kursi menyajikan konsep pendidikan tanpa mengenal batas wilayah. Menurut ayat ini setiap individu bebas mencari dan mendapatkan pendidikan dimana saja sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Selagi masih memiliki kemampuan materil maupun non materil sebagai fasilitasnya, individu dipersilahkan memburu ilmu pengetahuan dan tekhnologi seluas bumi dan langit.
Ø  Pendidikan tanpa mengenal keterbatasan dana
“Jer basuki mawa bea” itulah kata pepatah Jawa yang mengandung arti bahwa “segala sesuatu yang akan menuju kemajuan itu tidak terlepas dari biaya” . Begitu juga pendidikan yang sangat membutuhkan fasilitas dalam kegiatan operasionalnya aspek pendanaan memegang peranan penting. Semakin lengkap fasilitas pendidikan maka akan semakin mudah kegiatan operasionalnya. Untuk itu, agar tercipta kemajuan, pendidikan harus berdiri kokoh dan ditopang dengan pendanaan yang memadai, dalam bahasa Ayat Kursinya disebut Al-Qoyyum (Yang Maha Kokoh Berdiri ). Sehingga dengan ditopang dengan pendanaan yang memadai diharapkan tidak terjadi lagi keterbatasan dana yang menjadi faktor penghambat kemajuan pendidikan. Oleh sebab itu penyelenggara pendidikan ( pemerintah ) sudah seharusnya memberikan perhatian yang serius dalam persoalan ini.
Ø  Pendidikan tanpa mengenal batas biaya
Al-Qoyyum dalam ayat ini juga bermakna “Yang Maha berdiri dengan sendirinya” .  Maka ayat ini menyatakan bahwa pendidikan harus tetap berdiri walau terjadi kekurangan biaya. Pendidikan membutuhkan biaya!... betul sekali, tetapi bukan berarti proses pendidikan menjadi layu atau bahkan berhenti ( tidur ) ketika terjadi kekurangan biaya. Dengan biaya yang sangat minim sekalipun tentunya masih bisa dilakukan proses pendidikan secara sederhana, seperti apa yang pernah terjadi di zaman kolonial yang belum mengenal fasilitas seperti sekarang. Di zaman kolonial proses pendidikan terjadi secara sederhana dengan fasilitas seadanya tetapi semangat pendidikan mereka tidak pernah padam ( tidur ).
Ø  Pendidikan tanpa mengenal status sosial
Di dalam konsep ini, pendidikan tanpa mengenal status sosial berarti pendidikan yang menerapkan prinsip “keadilan sosial”, artinya dalam proses pendidikan harus menerapkan prinsip keadilan kepada dua oposisi biner yang senantiasa berhadapan sebagaimana pernyataan Ayat Kursi “Walaa Yahuduhu Hifdzuhuma” ( Dan Allah tidak keberatan menjaga keduanya ). Kedua oposisi biner tersebut adalah bumi dan langit, tetapi dalam konsep pendidikan yang dimaksud dengan oposisi biner adalah laki-laki dan perempuan, kaya dan miskin, atasan dan bawahan, serta guru dan murid. Proses pendidikan harus menerapkan prinsip “keadilan” kepada dua oposisi biner tersebut sesuai dengan kapasitasnya masing-masing.

Ø  Pendidikan yang tiada mengenal rasa puas
“Di atas langit masih ada langit” itulah pepatah yang biasa kita dengar sebagai gambaran begitu luasnya ilmu Allah SWT yang tiada memiliki batas. Ayat Kursi menyatakan “Ya’lamu Maa Baina Aidiihim Wamaa Kholfahum” ( Allah mengetahui apa-apa yang ada dihadapan mereka dan di belakang mereka ). Konsep ini mengandung arti bahwa pendidikan harus senantiasa meningkatkan prestasi dan kualitasnya tanpa mengenal akhir dalam mencapai kemajuan, sehingga terjadi inovasi tiada henti dalam dunia pendidikan yang sanggup mengimbangi lompatan waktu kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang tidak pernah berhenti.
Ø  Pendidikan yang berorientasi kemajuan dan cita-cita luhur
“Wahuwal Aliyyul Adziim” ( Dan Dialah Yang Maha tinggi Lagi Maha Agung ). Demikialah Ayat Kursi mengisyaratkan bahwa pendidikan tidak semata-mata berorientasi pada karier yang  finishnya adalah kesejahteraan materi belaka, akan tetapi pendidikan harus berorientasi pada kemajuan dan cita-cita yang luhur sesuai dengan kepribadian dan cita-cita Bangsa Indonesia. Untuk itu tuntutan sertifikasi bagi guru janganlah dinilai hanya sebatas kesejahteraan materi, tetapi harus lebih ditujukan kepada peningkatan mutu pendidikan dalam rangka mewujudkan cita-cita luhur bangsa indonesia.
Agar tercipta proses pendidikan yang kondusif sesuai dengan apa yang dikehendaki dalam konsep ini maka diperlukan kerja keras untuk menerapkan proses pendidikan yang berkesinambungan, diperlukan juga kerja sama yang utuh dan pengabdian total dari para pelaku yang terlibat dalam proses pendidikan.Wassalam
                                                                                  Cikendung, 12 Maret 2009
                                                                                              

Friday 2 December 2011

MANAQIB SULTHONUL AULIYA ABAH ANOM


Ya Tuhanku Engkaulah Yang Menjadi Tujuanku Dan Keridhoan-Mulah Yang Daku Cari Izinkanlah Daku Untuk Mencintaimu Dan Ma’rifat Kepadamu

MANAQIB
SYEKH AHMAD SHOHIBUL WAFA TA’JUL ARIFIN
(ABAH ANOM)
DAN PARA mursyid tarekat


Dikumpulkan
 oleh :


Para Pecinta Awlia


Semoga Menjadi Wujud Khidmad Dan Mahabbah Kepada Beliau Guru Tercinta Dan Para Awlia Serta Bermanfaat Bagi Para Ikhwan Tarekat Qodiriyyah Wannaqsyabandiyyah
MANAQIB






Salam Untuk Wali Mursyid
SYEKH AHMAD SHOHIBUL WAFA TA,JUL ARIFIN ( ABAH ANOM )

السَّلَامُ عَلَيْكَ – Salam untukmu
يَا مَالِكَ الزَّمَانِ wahai penguasa zaman
,وَ يَا إِمَامَ الْمَكَانِ pemimpin wilayah
,وَ يَا قَائِمَ بِأَمْرِ الرَّحْمَانِ penegak ketentuan ar-Rahman
,وَ يَا وَارِثَ الْكِتَابِ pewaris kitab
,وَ يَا نَائِبَ الرَّسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ wakil Rasulullah s.a.w.
,يَا مَنْ مِنَ السَّمَاءِ وَ الْأَرْضِ عَائِدَتُهُ yang selalu pergi pulang antara bumi dan langit
,يَا مَنْ أَهْلَ وَقْتِهِ كُلُّهُمْ عَائِلَتُهُ yang orang-orang sezamannya adalah keluarganya
,يَا مَنْ يُنَـزَّلُ الْغَيْثُ بِدَعْوَتِهِ yang diturunkan pertolongan karena doanya
,وَ يُدَرُّ الضَّرْعُ بِبَرَكَتِهِ – yang dikucurkan limpahan susu karena keberkahannya
وَ رَحْمَةُ اللهِ وَ بَرَكَاتُهُ – الْفَاتِحَةُ beserta rahmat Allah dan keberkahanNya, al-Fatihah…



Untaian Mutiara

Jangan Benci Kepada Ulama Yang Sezaman
Jangan Menyalahkan Pengajaran Orang Lain
Jangan Memeriksa Murid Orang Lain
Jangan Berhenti Bekerja Meskipun Disakiti Orang
Harus Menyayangi Orang Yang Membenci Kepadamu

RIWAYAT SINGKAT
SYEKH AHMAD SHOHIBULWAFA TAJUL ARIFIN
(ABAH ANOM)

Syekh A Shohibulwafa Tajul Arifin yang dikenal dengan nama Abah Anom, dilahirkan di Suryalaya tanggal 1 Januari 1915. Beliau adalah putra kelima Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad, pendiri Pondok Pesantren Suryalaya, dari ibu yang bernama Hj Juhriyah. Pada usia delapan tahun Abah Anom masuk Sekolah Dasar (Verfolg School) di Ciamis antara tahun 1923-1928. Kemudian ia masuk Sekolah Menengah semacan Tsanawiyah di Ciawi Tasikmalaya. Pada tahun 1930 Abah Anom memulai perjalanan menuntut ilmu agama Islam secara lebih khusus. Beliau belajar ilmu fiqih dari seorang Kyai terkenal di Pesantren Cicariang Cianjur, kemudian belajar ilmu fiqih, nahwu, sorof dan balaghah kepada Kyai terkenal di Pesantren Jambudipa Cianjur. Setelah kurang lebih dua tahun di Pesantren Jambudipa, beliau melanjutkan ke Pesantren Gentur, Cianjur yang saat itu diasuh oleh Ajengan Syatibi.
Dua tahun kemudian (1935-1937) Abah Anom melanjutkan belajar di Pesantren Cireungas, Cimelati Sukabumi. Pesantren ini terkenal sekali terutama pada masa kepemimpinan Ajengan Aceng Mumu yang ahli hikmah dan silat. Dari Pesatren inilah Abah Anom banyak memperoleh pengalaman dalam banyak hal, termasuk bagaimana mengelola dan memimpin sebuah pesantren. Beliau telah meguasai ilmu-ilmu agama Islam. Oleh karena itu, pantas jika beliau telah dicoba dalam usia muda untuk menjadi Wakil Talqin Abah Sepuh. Percobaan ini nampaknya juga menjadi ancang-ancang bagi persiapan memperoleh pengetahuan dan pengalaman keagaman di masa mendatang. Kegemarannya bermain silat dan kedalaman rasa keagamaannya diperdalam lagi di Pesantren Citengah, Panjalu, yang dipimpin oleh H. Junaedi yang terkenal sebagai ahli alat, jago silat, dan ahli hikmah.
Setelah menginjak usia dua puluh tiga tahun, Abah Anom menikah dengan Euis Siti Ru’yanah. Setelah menikah, kemudian ia berziarah ke Tanah Suci. Di tanah suci mekkah beliau banyak menimba ilmu seperti Fiqh, Hadits, Tauhid, Tafsir dan lain sebagainya dari ulama ulama di mekah dengan system bandungan, di mekah beliau juga memperdalam ilmu tasawuf di Ribath Naqsyabandy yang terletak di Jabal Qubaisy yang waktu itu dibimbing oleh Syekh Romli. Syekh Romli merupakan salah seorang wakil talqin dari Abah Sepuh. Sepulang dari Mekah, setelah bermukim kurang lebih tujuh bulan (1939), dapat dipastikan Abah Anom telah mempunyai banyak pengetahuan dan pengalaman keagamaan yang mendalam. Pengetahuan beliau meliputi tafsir, hadits, fiqih, kalam, dan tasawuf yang merupakan inti ilmu agama. Oleh Karena itu, tidak heran jika beliau fasih berbahasa Arab dan lancar berpidato, baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Sunda, sehingga pendengar menerimanya di lubuk hati yang paling dalam. Beliau juga amat cendekia dalam budaya dan sastra Sunda setara kepandaian sarjana ahli bahasa Sunda dalam penerapan filsafat etnik Kesundaan, untuk memperkokoh Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah. Bahkan baliaupun terkadang berbicara dalam bahasa Jawa dengan baik.
Ketika Abah Sepuh Wafat, pada tahun 1956, Abah Anom harus mandiri sepenuhnya dalam memimpin pesantren. Dengan rasa ikhlas dan penuh ketauladan, Abah Anom gigih menyebarkan ajaran Islam. Pondok Pesantren Suryalaya, dengan kepemimpinan Abah Anom, tampil sebagai pelopor pembangunan perekonomian rakyat melalui pembangunan irigasi untuk meningkatkan pertanian, membuat kincir air untuk pembangkit tenaga listrik, dan lain-lain. Dalam perjalanannya, Pondok Pesantren Suryalaya tetap konsisten kepada Tanbih, wasiat Abah Sepuh yang diantara isinya adalah taat kepada perintah agama dan negara. Maka Pondok Pesantren Suryalaya tetap mendukung pemerintahan yang sah dan selalu berada di belakangnya.
Di samping melestarikan dan menyebarkan ajaran agama Islam melalui metode Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah. Abah Anom juga sangat konsisten terhadap perkembangan dan kebutuhan masyarakat. Maka sejak tahun 1961 didirikan Yayasan Serba Bakti dengan berbagai lembaga di dalamnya termasuk pendidikan formal mulai TK, SMP Islam, SMU, SMK, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, Madrasah Aliyah kegamaan, Perguruan Tinggi (IAILM) dan Sekolah Tinggi Ekonomi Latifah Mubarokiyah serta Pondok Remaja Inabah. Didirikannya Pondok Remaja Inabah sebagai wujud perhatian Abah Anom terhadap kebutuhan umat yang sedang tertimpa musibah. Berdirinya Pondok Remaja Inabah membawa hikmah, di antaranya menjadi jembatan emas untuk menarik masyarakat luas, para pakar ilmu kesehatan, pendidikan, sosiologi, dan psikologi, bahkan pakar ilmu agama mulai yakin bahwa agama Islam dengan berbagai disiplin Ilmunya termasuk tasawuf dan tarekat mampu merehabilitasi kerusakan mental dan membentuk daya tangkal yang kuat melalui pemantapan keimanan dan ketakwaan dengan pengamalan Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari, Abah Anom menunjuk tiga orang pengelola, yaitu KH. Noor Anom Mubarok BA, KH. Zaenal Abidin Anwar, dan H. Dudun Nursaiduddin.

Sejarah Pondok Pesantren Suryalaya
Pondok Pesantren Suryalaya dirintis oleh Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad atau yang dikenal dengan panggilan Abah Sepuh, pada masa perintisannya banyak mengalami hambatan dan rintangan, baik dari pemerintah kolonial Belanda maupun dari masyarakat sekitar. Juga lingkungan alam (geografis) yang cukup menyulitkan.
Namun Alhamdullilah, dengan izin Allah SWT dan juga atas restu dari guru beliau, Syaikh Tholhah bin Talabudin Kalisapu Cirebon semua itu dapat dilalui dengan selamat. Hingga pada tanggal 7 Rajab 1323 H atau 5 September 1905, Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad dapat mendirikan sebuah pesantren walaupun dengan modal awal sebuah mesjid yang terletak di kampung Godebag, desa Tanjung Kerta. Pondok Pesantren Suryalaya itu sendiri diambil dari istilah sunda yaitu Surya = Matahari, Laya = Tempat terbit, jadi Suryalaya secara harfiah mengandung arti tempat matahari terbit.
Pada awalnya Syeikh Abdullah bin Nur Muhammad sempat bimbang, akan tetapi guru beliau Syaikh Tholhah bin Talabudin memberikan motivasi dan dorongan juga bimbingan khusus kepadanya, bahkan beliau pernah tinggal beberapa hari sebagai wujud restu dan dukungannya. Pada tahun 1908 atau tiga tahun setelah berdirinya Pondok Pesantren Suryalaya, Abah Sepuh mendapatkan khirqoh (legitimasi penguatan sebagai guru mursyid) dari Syaikh Tholhah bin Talabudin
Seiring perjalanan waktu, Pondok Pesantren Suryalaya semakin berkembang dan mendapat pengakuan serta simpati dari masyarakat, sarana pendidikan pun semakin bertambah, begitu pula jumlah pengikut/murid yang biasa disebut ikhwan.

Latar belakang Masjid Nurul Asror dan Menaranya
Dukungan dan pengakuan dari ulama, tokoh masyarakat, dan pimpinan daerah semakin menguat. Hingga keberadaan Pondok Pesantren Suryalaya dengan Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah-nya mulai diakui dan dibutuhkan. Untuk kelancaran tugas Abah Sepuh dalam penyebaran Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah dibantu oleh sembilan orang wakil talqin, dan beliau meninggalkan wasiat untuk dijadikan pegangan dan jalinan kesatuan dan persatuan para murid atau ikhwan, yaitu TANBIH.
Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad berpulang ke Rahmattullah pada tahun 1956 di usia yang ke 120 tahun. Kepemimpinan dan kemursyidannya dilimpahkan kepada putranya yang kelima, yaitu KH. Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin yang akrab dipanggil dengan sebutan Abah Anom. Pada masa awal kepemimpinan Abah Anom juga banyak mengalami kendala yang cukup mengganggu, di antaranya pemberontakan DI/TII. Pada masa itu Pondok Pesantren Suryalaya sering mendapat gangguan dan serangan, terhitung lebih dari 48 kali serangan yang dilakukan DI/TII. Juga pada masa pemberontakan PKI tahun 1965, Abah Anom banyak membantu pemerintah untuk menyadarkan kembali eks anggota PKI, untuk kembali kembali ke jalan yang benar menurut agama Islam dan Negara.
Perkembangan Pondok Pesantren Suryalaya semakin pesat dan maju, membaiknya situasi keamanan pasca pemberontakan DI/TII membuat masyarakat yang ingin belajar Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah semakin banyak dan mereka datang dari berbagai daerah di Indonesia. Juga dengan penyebaran yang dilakukan oleh para wakil talqin dan para mubaligh, usaha ini berfungsi juga untuk melestarikan ajaran yang tertuang dalam asas tujuan Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah dan Tanbih. Dari tahun ke tahun Pondok Pesantren Suryalaya semakin berkembang, sesuai dengan tuntutan zaman, maka pada tanggal 11 maret 1961 atas prakarsa H. Sewaka (Alm) mantan Gubernur Jawa Barat (1947 – 1952) dan mantan Menteri Pertahanan RI Iwa Kusuma Sumantri (Alm) (1952 – 1953). Dibentuklah Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya. Yayasan ini dibentuk dengan tujuan untuk membantu tugas Abah Anom dalam penyebaran Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah dan dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa.
Setelah itu Pondok Pesantren Suryalaya semakin dikenal ke seluruh pelosok Indonesia, bahkan sampai ke Negara Singapura, Malaysia, Brunai Darussalam, dan Thailand, menyusul Australia, negara-negara di Eropa dan Amerika. Dengan demikian ajaran Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah pun semakin luas perkembangannya, untuk itu Abah Anom dibantu oleh para wakil talqin yang tersebar hampir di seluruh Indonesia, dan juga wakil talqin yang berada di luar negeri seperti yang disebutkan di atas.
Pada masa kepemimpinan Abah Anom, Pondok Pesantren Suryalaya berperan aktif dalam kegiatan Keagamaan, Sosial, Pendidikan, Pertanian, Kesehatan, Lingkungan Hidup, dan Kenegaraan. Hal ini terbukti dari penghargaan yang diperoleh baik dari presiden, pemerintah pusat dan pemerintah daerah, bahkan dari dunia internasional atas prestasi dan jasa-jasanya. Dengan demikian eksistensi atau keberadaan Pondok Pesantren Suryalaya semakin kuat dan semakin dibutuhkan oleh segenap umat manusia.
           
KAROMAH ABAH ANOM MENYADARKAN TANTANGAN KIAI SAKTI PILIH TANDING

       Diterima dari mantan ketua Yayasan Pondok Pesantren Suryalaya Perwakilan Sumedang Bapak Etje Juardi beliau  menerima dari orang yang bersangkutan, Kiai Sakti.
       Diceritakan Bapak Etje Juardi, ada Ulama yang dikenal sakti mandraguna tanpa pilih tanding, namanya Kiai Jured. Beliau sudah mengenal akan kemasyhuran dan ke Ulamaannya Abah Anom yang memiliki jutaan pengikutnya dan terus berkembang sampai keluar negeri.
       Suatu hari Kiai tersebut memiliki rencana untuk menguji karomah Abah Anom dengan kesaktian yang dimilikinya. Kiai tersebut datang ke Pondok Pesantren Suryalaya dengan satu bis yang membawa 70 santrinya. Semua santri disebar disekitar Pesantren Suryalaya, setelah Kiai itu masuk ke halaman Abah Anom, tidak disangka Abah Anom sudah berada didepan madrasah dan menyuruh Kiai untuk masuk ke madrasah Abah Anom bersama 70 santrinya yang telah disebar. Kiai tersebut merasa kaget akan  kasyaf (penglihatan batin)nya Mursyid TQN. Abah Anom meminta Kiai tersebut dan para santrinya untuk makan dahulu yang telah Beliau sediakan  di madrasah.
       Di dalam madrasah Kiai memuji Abah Anom tentang pesantren Beliau yang sangat luas nan indah, tetapi dibumbui kritik secara halus tentang kekurangan pesantrenya yaitu tidak adanya burung cendrawasih, burung yang terkenal akan bulunya yang indah. Beliau hanya tersenyum dan menimpalinya dengan jawaban yang singkat : “Tentu saja Kiai”. Suatu di luar jangkauan akal setelah jawaban itu burung cendrawasih yang berbulu indah melayang-layang di dalam madrasah yang sesekali hinggap. Kejadian itu membuat terpesonanya akan karomah yang dimiliki Beliau, Kiai itu diam seribu bahasa.
       Keajaiban lagi, ketika makan dengan para santrinya yang 70 pun nasi yang di sediakan dalam bakul kecil itu tidak pernah habis, hal itu mengingatkan akan kejadian mujizatnya Rosulullah saw . Kiai itu sangat kagum akan karomah yang dimiliki Beliau dan merasa kesaktian yang dimilikinya dan dibanggakannya itu sudah tidak ada artinya dihadapan Mursyid Thoriqoh Qodiriyyah wan Naqsyabandiyyah Syekh Ahmad Shohibul Wafa Tajul ‘Arifin atau yang lebih dikenal dengan sebutan Abah Anom.
       Benarlah ungkapan : “diatas langit ada langit”. Namun, Kiai ini masih penasaran dan tidak mau kalah begitu saja, setelah makan Kiai tersebut meminta kepada Beliau untuk mengangkat kopeah/peci yang telah “diisi“, yang sebelumnya dicoba oleh para santrinya tidak terangkat sedikitpun. Subhanallah .. hanya dengan tepukan tangan Abah Anom ke lantai kopeah itu melayang-layang, Kiai merasa malu dan kalah lagi.
       Selanjutnya Kiai tersebut mengeluarkan batu yang telah disediakan sebelumnya, dan batu itu dipukul dengan “kekuatan” tangannya sendiri sehingga terbelah menjadi dua, sedangkan belahannya diberikan kepada Abah Anom. Kiai itu meminta kepada Abah Anom untuk memukulnya sebagaimana yang telah dicontohkannya.
      Abah Anom mengatakan kepada kiai itu : “Abah tidak bisa apa-apa, yang bisa membelah itu adalah Allah, baiklah abah hanya minta kepada Allah itu pun kalo diizinkan,” selanjutnya batu itu diusap oleh tangan Mursyid dan batu itu menjadi air ,subhanallah…
      Namun kiai tersebut masih penasaran karena kesaktiannya belum bisa mengalahkan karomah Abah Anom sebagai Mursyid Thoriqoh Qodiriyyah wan Naqsyabandiyyah. Kiai mencoba menguji lagi karomah Beliau dengan  kelapa yang telah dibawa santri dari daerahnya. Kiai tersebut meminta yang aneh-aneh kepada Abah Anom agar isi dalam kelapa tersebut ada ikan yang memiliki sifat dan bentuk tertentu.
      Dengan tawadlunya Abah Anom menjawab: “Masya Allah, kenapa permintaan kiai ke Abah berlebihan?, Abah tidak bisa apa-apa . Seharusnya minta kepada Allah saja ,jangan kepada Abah. Hanya Allah lah yang bisa mewujudkan segala sesuatu karena Dia Maha Berkehendak dan Berkuasa”. Kiai itu masih penasaran akan permohonanya kepada Abah Anom, selanjutnya Abah Anom berkata : “ Baiklah kalau begitu, kita memohon kepada Allah. Mudah-mudahan Allah mengabulkan kita”. Setelah berdoa Beliau menyuruh kelapa itu untuk dibelah dua, dan dengan izin Allah didalam kelapa itu ada ikan yang sesuai dengan permintaan sang kiai. Subhanalllah…
      Selanjutnya, entah darimana datangnya di tangan Abah Anom sudah ada ketepel, dan ketepel itu diarahkan atau ditembakan kelangit-langit madrasah, sungguh diluar jangkauan akal, muncul dari langit-langit  burung putih yang jatuh dihadapan Kiai dan Beliau
       Setelah kejadian itu, Kiai menangis dipangkuan Abah Anom, sadar dan memohon maaf atas kesombongan dan kesalahannya. Akhirnya Kiai memohon kepada Abah Anom untuk diangkat menjadi muridnya dan menjadi seorang pengamal Thoriqat Qodiriyyah wan Naqsyabandiyyah .
       Kiai itu ditalqin dzikir TQN (diajarkan dzikir Thoriqat Qodiriyyah wan Naqsyabandiyyah), dengan talqin dzikir itu menyadarkan akan adanya Allah Yang Maha Mengetahui akan perbuatan jahat makhluqnya baik lahir maupun batin dan Maha Kuasa atas segala sesuatu. Setelah ditalqin Kiai menangis dipangkuan Abah Anom sampai tertidur. Anehnya, Bangun dari tidur sudah berada dimesjid. Subhanallah.
ABAH ANOM DAN PEMUDA YANG SUKA MELACUR

       Salah satu wakil Talqin Thoriqoh Qodiriyyah wan Naqsyabandiyyah Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya, Jawa Barat Indonesia. Diceritakan ada seorang pemuda yang hobinya melacur, pemuda tersebut berniat untuk berhenti dari pebuatannya yang tercela. Sudah berbagai cara dilakukan untuk menghentikannya itu tidak membuat minat lacurnya berhenti. Padahal, pelaksanaan amalan ibadah yang “super ketat” atas petunjuk dari para kiai yang pernah dikunjungi dari berbagai daerahpun belum berhasil. Jadi, Sudah tidak asing lagi baginya riyadloh (latihan) seperti puasa, dzikir, sholat baik yang sifatnya wajib maupun sunat dan amalan lainnya.
       Dalam keadaan kondisi jiwa yang begitu kritis, datanglah pemuda itu ke Pondok Pesantren Suryalaya untuk menemui seorang Wali Allah yaitu Abah Anom sebagai Mursyid Thoriqoh Qodiriyyah wan Naqsyabandiyyah dan menceritakan maksud kedatangannya. Abah Anom berkata : “Tidak apa-apa, asal jangan dilakukan didepan Abah”. Setelah itu pemuda yang hobi “jajan” perempuan ditalqin dzikir (diajarkan dzikir Thoriqoh Qodiriyyah wan Naqsyabandiyyah) untuk diamalkan.
       Seperti biasa pemuda tersebut datang ke hotel yang telah dipesan untuk melaksanakan hasrat nafsunya “meniduri” wanita pelacur. Setelah siap-siap semuanya, terbesit dalam benak pikiran dan jiwanya akan bayangan wajah Abah Anom sebagai Mursyid TQN dan berkata : “Asal jangan dihadapan Abah!”, pemuda itu terkejut dan gelisah, dengan segera meninggalkan hotel. Gagallah keinginan nafsunya.
       Dihari yang lain, pemuda itu datang lagi ke hotel untuk melaksanakan hasrat nafsunya yang tidak terbendung. Namun, disaat detik-detik akan melaksanakan maksiatnya, terulang kembali kemunculan wajah Abah Anom dalam jiwa dan pikirannya dan mengatakan : “Tidak apa-apa, asal jangan dihadapan Abah”. Pemuda itu kembali mengurungkan niatnya dan kembali pulang.


















Abah Anom sedang bersama para pemuda

Cerita ini diambil dari ceramahnya KH.M.Abdul Gaous Saefulloh Al-Maslul atau Ajengan Gaos
       Begitupun dihari-hari selanjutnya, kejadian itu terus terulang jiwa dan pikirannya selalu dihantui bayangan tatapan wajah Abah Anom seorang Wali Allah dan perkataannya disaat-saat akan melakukan maksiat dengan pelacur. Kegagalan-kegagalan hasrat syetan yang terulang dalam jiwa pemuda itu dikarenakan kemunculan wajah Wali Allah Mursyid Thoriqoh Qodiriyyah wan Naqsyabandiyyah.
       Akhirnya, dengan kejadian itu pemuda tersebut menghentikan dari hobinya melacur untuk selamanya dan menjadi pengamal Thoriqoh Qodiriyyah wan Naqsyabandiyyah. Sesungguhnya kejadian itu suatu anugrah dari Allah untuk hamba yang dicintai dengan perantara Mursyid sebagai pilihan-Nya. Subhanallah. Bayangan wajah Mursyid itu adalah sebagai burhana robbihi (cahaya / tanda dari Allah) yang membawa berkah terhadap pemuda tersebut.
       Kita teringat akan kisah salah satu utusan Allah yaitu Nabi Yusuf as. yang ditolong Allah ketika akan terjadi maksiat dengan Siti Zulaikha. Dalam al-Qur’an Surat Yusuf ayat 24: “Sesungguhnya wanita itu telah bemaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf-pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu (Zulaikha) andaikata tidak melihat burhana robbihi yaitu tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.” (QS: Yusuf 24)
       Dalam ayat ini terdapat perkataan Allah “Burhana Rabbihi”. Menurut perkataan Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir Ibnu Katsir, juz II / 474 : “Adapun maksud “Burhaana Rabbihi” yang terlihat oleh Yusuf, maka terdapat beberapa pendapat. Menurut sahabat Abdullah bin Abbas, Said, Mujahid, Sa’id bin Jubair, Muhamad bin Sirin, Hasan, Qatadah, Ibnu Sholeh, Dlohah, Muhammad bin Ishaq dan lain-lain yakni Yusuf melihat bayangan ayahnya (Ya’kub), rupanya, bentuknya seakan-akan ayahnya marah-marah. Menurut sebagian riwayat memukul dada Yusuf. Al-‘Aufi berpendapat dari Ibnu Abbas, maksud perkataan itu ialah Yusuf teringat kepada bayangan wajah suami Zulaikha yaitu raja Qithfir yang seolah-olah ada dirumah dan mengetahui apa yang akan diperbuat Yusuf. Demikian juga Muhammad bin Ishaq berpendapat yang sama.” (Tafsir Ibnu Katsir, II / 474) Subhanallah…

ABAH ANOM DAN KIAI TOHIR

 
       Tersebutlah seorang kiayi bernama KH.Tohir yang sedang menimba ilmu di salah satu pesantren di kotanya. Konon Sang Guru yang mengajarkan ilmu di pesantrennya tersebut melarang Kiayi Tohir untuk tidak menemui seorang kiayi besar yang tinggal di Suryalaya bernama Abah Anom, apalagi berguru kepadanya. Namun, setelah melalui penelusuran dan pembelajaran ilmu tassawuf yang diajarkan di Pesantren Suryalaya, akhirnya kiayi Tohir meminta kepada Abah Anom untuk dibaiayat atau ditalqin dzikir (di ajarkan dzikir Thoriqoh). Namun, tentu saja dalam benak kiayi Tohir kunjungannya ke Abah Anom yang tanpa sepengatahuan gurunya itu akan membuat murka di pesantren dikotanya. Apalagi, setelah di talqin dzikir (pengajaran dzikir thoriqat) ada suatu amanat dari Abah Anom yakni ucapan salam yang harus disampaikan kepada guru dipesantrennya. Ketika kiayi Tohir sedang duduk menunggu sholat berjamaah di Mesjid Nurur Asror di Kompleks Pesantren Suryalaya sebelum ia kembali bertolak ke kampung halamannya, pikirannya terus berkecamuk tidak bisa tenang. Ketika dalam benaknya terbersit bagaimana wajah murka gurunya yang sedang memarahinya habis-habisan karena ketidak taatannya, tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya dengan sorban dan berkata: “Tong sok goreng sangka kabatur, komo ka guru soranganmah, boa teuing teu kitu! dalam bahasa Indonesia : “jangan selalu berburuk sangka terhadap orang lain, apalagi terhadap guru sendiri, belum tentu seperti itu “. Kiyai Thohir begitu kaget ternyata yang menepuk pundak dan membaca pikirannya itu adalah guru ruhaninya yang baru, yaitu Syekh Ahmad Shohibul Wafa Tajul ‘Arifin ra (Abah Anom). Dari kejadian itu Kiai Thohir mendapatkan pelajaran yang berharga bahwa seorang guru ruhani Mursyid Thoriqoh Qodiriyyah wan Naqsyabandiyyah bisa mengetahui hati murid-muridnya dimanapun mereka berada. Mursyid akan terus mengawasi dan membimbing hati murid-muridnya agar hati selalu menuju Allah
       Sepulang dari Pesantren Suryalaya dan kembali ke Pesantren dikampungnya, Kiai Thohir menyampaikan amanat salam dari Mursyid Kammil Mukammil Syekh ahmad Shohibul Wafa Tajul ‘Arifin ra kepada gurunya. Dan ternyata, diluar dugaan Kiayinya yang dipesantren itu malah memuji Abah Anom bahkan Kiayi Thohir sebagai salah satu murid kesayangannya itu dianjurkan untuk menjalankan ajaran yang di bawa oleh Abah Anom sebagai pewaris para Nabi. Selanjutnya, Kiayi Thohir mengabdikan diri sepenuhnya kepada Abah Anom dan mengamalkan ajaran yang telah diajarkannya. Akhirnya Kiai Thohir dipercaya menjadi salah satu wakil Talqin, yaitu orang yang di izinkan untuk mengajarkan atau mengijazahkan dzikir Thoriqoh kepada orang yang membutuhkannya.
       Cerita ini diambil dari ceramahnya KH.M.Abdul Gaous Saefulloh Al-Maslul atau Ajengan Gaos salah satu wakil Talqin Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya, Jawa Barat Indonesia.

BERKAT KAROMAH ABAH ANOM
KANKER RAHIM JADI JANIN HIDUP

Abah Anom

       Cerita ini diambil dari ceramahnya KH.M.Abdul Gaous Saefulloh Al-Maslul atau Ajengan Gaos salah satu wakil Talqin Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya, Jawa Barat Indonesia.
KH. Maksum memiliki seorang istri yang sedang mengandung. Menurut fonis dokter, istri kiayi tersebut bukanlah kehamilan normal yang biasanya terjadi pada seorang wanita. Namun istri KH.Maksum di vonis menderita kangker dan harus segera dioperasi. Sang Kiayi akhirnya datang ke Suryalaya ingin bertemu Pangersa Abah Anom untuk meminta doa beliau agar istrinya diberi kelancaran saat operasinya nanti. Ketika kiayi Maksum mengutarakan maksudnya tersebut, Abah hanya berkata: “Heug, sing jadi jelema”, dalam bahasa Indonesia: iya, jadi manusia, maksudnya adalah semoga kandungan istri kiayi Maksum menjadi manusia dengan izin Allah.
       Dan ternyata, baru saja istri kiayi Maksum satu langkah keluar dari rumah Pangersa Abah, dia merasakan gerakan-gerakan dalam rahimnya itu, subhanallah. Kontan saja istri kiayi Maksum kaget, dan langsung memeriksakan dirinya ke Dokter. Lalu apa kata Dokter? Subhanallah, Dokter pun sama terkejutnya dengan pasangan suami istri Kiayi Maksum tersebut. Allahu Akbar, kun fayakun, dengan izin-Nya melalui doa Kekasih-Nya, daging jadi yang asalnya akan diangkat tersebut, ternyata berubah menjadi sesosok manusia kecil yang menggemaskan berjenis kelamin laki-laki. Ya, ternyata setelah dioperasi daging jadi itu berubah menjadi seorang bayi, yang diberi nama Sufi Firdaus. Idos panggilan anak ini, hingga saat ini masih hidup dan mengabdikan dirinya untuk menjadi murid Syeikh Ahmad Shohibul wafa Tajul ‘Arifin qs. (Abah Anom).
Diposkan oleh Rajanya Para Waliullah Zaman ini Abah Anom di 01:10

WANITA  MEMANGGIL- MANGGIL ABAH ANOM
SELAMAT DARI TINDAK PERKOSAAN

 
       Abdul telah tiada. Bunga di atas kuburan Abdul yang terletak di area kuburan blok Nyongklang Selajambe Kab. Kuningan tampak masih segar sekalipun sudah tiga hari terpanggang panas terik matahari. Begitu pula gundukan tanah merah tampak terlihat masih basah padahal kuburan sekelilingnya sudah kering bahkan terlihat retak-retak akibat kemarau berkepanjangan.
Text Box: Abah Anom Muda       Sepintas, tak ada yang istimewa pada kuburan tersebut. Sama saja seperti kuburan yang lainnya. Namun sesuatu yang beda akan terasa disana. Wangi bunga akan tercium manakala orang melewati kuburan tersebut. Emangnya, siapa sich, yang “tertidur” di dalam sana? Inilah kisahnya….
       Adalah Abdul, seorang laki-laki yang 3/4 usianya dihabiskan dalam lembah kemaksiatan. Di kota Metropolitan, Abdul menjelma menjadi bajingan yang Super Haram Jadah. Ia adalah jagoan yang tak pernah kenal rasa takut. Bagi sesama penjahat, Abdul adalah momok yang menakutkan. Bagi polisi lelaki yang sekujur tubuhnya dipenuhi tato wanita telanjang itu merupakan sosok penjahat yang super licin yang sulit ditangkap karena kepandaiannya menggunakan jampi-jampi sehingga mampu berkelit dari kejaran aparat. Kapanpun dan dimanapun, perbuatan maksiat tak pernah ia lewatkan.
       Hingga suatu malam di bulan November 2005….. Niat jahatnya muncul kembali ketika melihat seorang penumpang wanita sendirian di mobil omprengan daerah Plumpang, Jakarta Utara. Bersama dua orang temannya, ditodongkannya pisau ke arah sopir dan kernet yang tidak berdaya menghadapi ancaman tersebut. Keduanya lalu diikat lalu Abdul CS. membawa kendaraan tersebut ke salah satu tempat di Bogor yang sudah mereka persiapkan sebelumnnya.
       Sesampainya di tempat, Abdul CS. bermaksud untuk memperkosa wanita cantik tersebut. Dengan cara paksaan, wanita itu -sebut saja Sinta- diminta untuk melayani nafsu binatangnya. Namun Sinta berupaya sekuat tenaga untuk melepaskan diri dari bahaya sambil berteriak : “Abah, Abah, Abah, tolong saya!”. Subhanalloh, atas kehendak-Nya, disaat Abdul akan melampiaskan nafsu kebinatangannya, tiba-tiba saja “burung” miliknya mendadak terkulai lemas dan ia merasakan kesakitan yang luar biasa. Begitu juga kedua temannya yang akan memperkosa Sinta mengalami hal serupa. Dalam keadaan seperti itu, Sinta langsung melarikan diri………..
       Setelah kejadian tersebut, Abdul CS mengalami nasib naas. Kemaluannya membengkak dan tiga bulan kemudian, dua orang temannya mati mengenaskan akibat “burung”nya MEMBESAR. Untunglah, Abdul cepat sadar. Ia tahu, bahwa peristiwa tersebut merupakan hukuman dari Allah atas dosa-dosa mereka yang telah diperbuat. Lalu, ia menemuia salah seorang temannya yang sudah terlebih dahulu insyaf dan bertaubat.
       Setelah diutarakan maksud dan kedatangannya, teman Abdul tersebut membawanya ke salah satu Majlis Dzikir dan kemudian bertaubat. Melalui Kiayi yang menuntunnya, iapun tahu bahwa taubat tidak berarti harus menghilangkan seluruh tato yang ada ditubuhnya. Dengan semangat yang kuat dan tekad yang membaja, Abdulpun mendapatkan Talqin Dzikir dan mengamalkan semua amaliahnya seperti Khotaman meskipun dia hafalkan dari latinnya.
       Teman-teman seprofesi dulu di Jakarta banyak yang ia temui sehingga dia memutuskan untuk hijrah dari Jakarta ke kampung halamannya, takut jika niat jahatnya kembali muncul. Di kampung halamannya, masyarakat tidak begitu saja bisa langsung menerimanya, malah menaruh rasa curiga bahkan tak jarang kata-kata pedas sering dilontarkan kepadanya. Berbekal TANBIH dan dzikrullah, ia tetap tersenyum dan berbaik budi. Sehingga akhirnya masyarakatpun dapat menerima, bahwa Abdul telah kembali ke jalan yang lurus. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dia menjadi buruh tani dan pekerjaan serabutan lainnya hanya untuk sesuap nasi sehingga tetap bisa melaksanakan amaliah dzikrullah seperti yang pernah didapatkannya di Jakarta. Hingga akhirnya, pada hari Jum’at di tahun 2006 selepas Subuh, ia dipanggil kembali oleh Allah dalam posisi Tawajuh.

ABAH ANOM ADALAH SULTHANUL AWLIA DI ZAMAN INI SEBAGAMANA FATWA SAYYID MUHAMMAD BIN ALWI AL-MALIKI AL-HASANI AS-SYADZILI. RA

KH. Dodi Firmansyah ditanya oleh almarhum Sayyid Muhammad Al-Maliki Al-Hasani Ra pada saat 40 hari menjelang wafatnya. Kiyai muda asal Garut tersebut terperanjat saat al-‘alamah tersebut tiba2 menanyakan sosok guru yang telah menanamkan kalimat agung dilubuk hatinya. Lebih terkejut lagi saat Ulama tersebut “tercekat” sewaktu disebutkan nama Syekh Ahmad Shohibul wafa Tajul ‘Arifin. Secara sepontan Al Imam al Alim al Alamah al Arif Billah Muhadits al Musnid al Mufasir Qutb al Haramain Syeikh Muhammad al Maliki al Hasni al Husaini as Syadzili Mekah menyebutkan bahwa Syekh ahmad Shohibul wafa Tajul ‘Arifin adalah Sulthonul Awliya fi hadza zaman ( RAJANYA PARA WALI ZAMAN SEKARANG ) bahkan beliaupun menyebutkan QODDASALLAHU SIRROHU bukan rodliyallohu ‘anhu seperti yang kebanyakan disebutkan oleh para ikhwan. Walaupun secara dhohir Syekh Muhammad Alawy Al-Maliki belum bertemu dengan pangersa Abah namun keduanya telah mengenal di alam ruhani yang tak dibatasi ruang dan waktu.
       Sayyid Prof. Dr. Muhammad ibn Sayyid ‘Alawi ibn Sayyid ‘Abbas ibn Sayyid ‘Abdul ‘Aziz al-Maliki al-Hasani al-Makki al-Asy’ari asy-Syadzili lahir di Makkah pada tahun 1365 H.
Sekilas profil KH.Dodi Firmansyah Usianya masih muda kelahiran garut tahun 1978. Sejak usia SMP ia dikenal ahli hikmah sedangkan ketertarikan dalam dunia tasawwuf ia ke Pondok Pesanttren Suryalaya sejak dimulai kelas 4 SD . Kiayi ini pernah di didik langsung oleh almarhum Al-Alamah Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki ra di mekkah selama 6 tahun. Pulang mesantren dari mekkah pada tahun 2006, kiyai ini menikah dengan Hj.Siti Fatimah putri seorang pengusaha asal Tasikmalaya dan dikaruniai putra yang diberinama M.Lutfi L. Makki.
Pendapat KH.Dodi tentang sosok Pangersa Abah Anom : Saya tidak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata. Cukuplah 2 pendapat Ulama kelas dunia yang mengomentarinya. Pertama ungkapan dari guru saya sendiri di mekkah, yaitu Sayyid Muhammad bin Alawy bin Abbas Al-Maliki Al-Hasani ra. Beliau sendiri yang mengungkapkan bahwa Syekh Ahmad Shohibul wafa Tajul ‘Arifin qs. Adalah Sulthonul Awliya fi Hadza Zaman dan kedua Mursyid Kammil Mukammil Thoriqoh Naqsyabandi Al-Haqqani, As-Sayyid Al-‘Alamah Al-‘Arif billah Syekh Mohammad Nazim Adil al-Haqqani, sufi kenamaan dari Cyprus-Turkey yang menyebutkan Pangersa Abah (Syekh Ahmad Shohibul wafa Tajul ‘Arifin qs) adalah Sufi agung di timur jauh.Dalam majalah sintoris (Sinar thoriqoh islam) disebutkan As-Sayyid Al-‘Alamah Al-‘Arif billah Syekh Mohammad Nazim Adil al-Haqqani ra mengatakan bahwa Syekh Ahmad Shohibul wafa Tajul ‘Arifin adalah WALI AGUNG DITIMUR JAUH.. hal itu pernah disampaikan juga di kampus oleh KH.Wahfiuddin setelah mendampingi syekh Mohammad Nazim Adil al-Haqqani ke P.P.Suryalaya.

                                            Syekh Muhammad Al-Maliki Al-Hasani Ra

ABAH ANOM DIMATA AS-SAYYID AL-‘ALAMAH AL-‘ARIF BILLAH SYEKH MOHAMMAD NAZIM ADIL AL-HAQQANI AL-HASANI

As-Sayyid Al-‘Alamah Al-‘Arif billah Syekh Mohammad Nazim Adil al-Haqqani al-Hasani dari Cyprus Turkey telah menegaskan :
"Banyak para alim ulama dan para cendikiawan muslim memberikan pengetahuan agama kepada umat, pengetahuan itu bagaikan lilin-lilin, apalah artinya lilin-lilin yang banyak meskipun lilin-lilin itu sebesar pohon kelapa kalau lilin-lilin itu tidak bercahaya. Dan cahaya itu salah satunya berada dalam qalbunya beliau ( Syekh Ahmad Shohibul Wafa Tajul 'Arifin).

         Saya tidak tahu apakah Nur Illahi yang dibawanya akan putus sampai pada beliau saja, atau masih akan berlanjut pada orang lain. Tapi saya yakin dan berharap, sesudah beliau nanti masih akan ada orang lain yang menjadi pembawa Nur Illahi itu. Siapakah orangnya, saya tidak tahu.
       Maka Anda sekalian para hadirin, ambillah Nur Illahi itu dari beliau saat ini. Mumpung beliau masih ada, mumpung beliau masih hadir di tengah kita, sulutkan Nur Illahi dari qalbu beliau kepada qalbu anda masing-masing. Sekali lagi, dapatkanlah Nur Ilahi dari orang-orang seperti Syekh Ahmad Shohibulwafa Tajul 'Arifin.
Dari qalbu beliau terpancar pesan-pesan kepada qalbu saya. Saya berbicara dan menyampaikan semua pesan ini bukan dari isi qalbu saya sendiri. Saya mengambilnya dari qalbu beliau. Di hadapan beliau saya terlalu malu untuk tidak mengambil apa yang ada pada qalbu beliau. Saya malu untuk berbicara hanya dengan apa yang ada pada qalbu saya sendiri."
       As-Sayyid Al-‘Alamah Al-‘Arif billah Syekh Mohammad Nazim Adil al-Haqqani al-Hasani dari Cyprus Turkey telah menegaskan :
"Banyak para alim ulama dan para cendikiawan muslim memberikan pengetahuan agama kepada umat, pengetahuan itu bagaikan lilin-lilin, apalah artinya lilin-lilin yang banyak meskipun lilin-lilin itu sebesar pohon kelapa kalau lilin-lilin itu tidak bercahaya. Dan cahaya itu salah satunya berada dalam qalbunya beliau ( Syekh Ahmad Shohibul Wafa Tajul 'Arifin).
       Saya tidak tahu apakah Nur Illahi yang dibawanya akan putus sampai pada beliau saja, atau masih akan berlanjut pada orang lain. Tapi saya yakin dan berharap, sesudah beliau nanti masih akan ada orang lain yang menjadi pembawa Nur Illahi itu. Siapakah orangnya, saya tidak tahu.
       Maka Anda sekalian para hadirin, ambillah Nur Illahi itu dari beliau saat ini. Mumpung beliau masih ada, mumpung beliau masih hadir di tengah kita, sulutkan Nur Illahi dari qalbu beliau kepada qalbu anda masing-masing. Sekali lagi, dapatkanlah Nur Ilahi dari orang-orang seperti Syekh Ahmad Shohibulwafa Tajul 'Arifin.
       Dari qalbu beliau terpancar pesan-pesan kepada qalbu saya. Saya berbicara dan menyampaikan semua pesan ini bukan dari isi qalbu saya sendiri. Saya mengambilnya dari qalbu beliau. Di hadapan beliau saya terlalu malu untuk tidak mengambil apa yang ada pada qalbu beliau. Saya malu untuk berbicara hanya dengan apa yang ada pada qalbu saya sendiri."

PROF. DR. BUYA HAMKA KETUA UMUM MUHAMMADIYYAH DI BAI’AT TAREKAT QODIRIYYAH WANNAQSYABANDIYYAH DAN MENJADI MURID ABAH ANOM

SIAPA sangka mantan pimpinan Muhammadiyah Buya Hamka ternyata mengikuti Thoriqoh Qodiriyah Naqsabandiyah. Ketua MUI pertama ini berbaiat kepada Abah Anom, mursyid tarekat dari pesantren Suryalaya Tasikmalaya.
Hal ini diungkapkan Dr Sri Mulyati, pengajar tasawwuf UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, baru-baru ini. Ini penelitian pribadi saya ketika menyelesaikan disertasi, ada fotonya ketika berbaiat dengan Abah Anom. Cuma ada sebagian orang Muhammadiyah yang tak percaya, katanya.
Mantan Ketua Umum Fatayat NU ini menuturkan, Buya Hamka sendiri pernah berujar di Pesantren Suryalaya Tasikmalaya bahwa dirinya bukanlah Hamka, tetapi Hampa. Saya tahu sejarahnya, saya tahu tokoh-tokohnya, tetapi saya tidak termasuk di dalamnya, karena itu saya mau masuk. Akhirnya beliau masuk, karena mungkin haus spiritual, tandasnya. Buya Hamka berkata: diantara makhluk dan kholik itu ada perjalanan yg harus kita tempuh. inilah yg kita katakan thoriqoh.
Hamka memang dikenal memahami dunia thoriqoh. Salah satu karyanya adalah Tasawuf Modern, yang mengupas dunia tasawuf dan penerapannya pada era modern ini.

















Syekh Ahmad Shohibul wafa Tajul ‘Arifin ( Abah Anom ) memberikan jubah dan tongkat kepada Prof. DR. Buya Hamka saat jadi Ketua MUI

PROF. DR. HARUN NASUTION TOKOH YANG DIKENAL PALING RASIONAL DI BAI’AT TAREKAT QODIRIYYAH WANNAQSYABANDIYYAH
DAN MENJADI MURID ABAH ANOM

Tokoh lain yang dikenal publik sangat rasional tetapi juga mengikuti tarekat adalah Harun Nasution. Menurut Sri Mulyati yang lulus doctor dari McGill University ini, persentuhan Harun dengan dunia tarekat dimulai ketika mengantar proses penyembuhan anaknya ke Suralaya. Ia melihat, hanya dengan sholat tahajjud saja, seseorang bisa sembuh. Akhirnya, sampai akhir hayatnya, beliau sangat sufi, ikut Abah Anom. Padahal beliau seorang profesor yang sangat rasional, terangnya.
Ibnu Taimiyah, yang oleh sebagian orang dipercaya anti-thoriqoh, ternyata juga menjelang akhir hayatnya secara pribadi mengikuti tarekat.
Dalam buku Syeikh Hisyam Kabbani, dia belajar dan mempraktekkan tarekat, memang tidak mengajarkan. Seperti Imam Ghozali, belajar dan mempraktekkan, meskipun bukan mursyid, setelah dia tidak puas di ilmu kalam, akhirnya belajar tasawwuf dan mengamalkan sehingga menghasilkan rekonsiliasi, ujarnya.

ABAH ANOM DAN JAGOAN DARI SURABAYA

K.H. M. Ali Hanafiah Akbar, itulah nama seorang kiai yang berasal dari Surabaya. Tidak terbayangkan kiai pemimpin pesantren tersebut adalah mantan jagoan jalanan. Ini berdasarkan cerita beliau KH. Ali Hnafiah Akbar yang saat itu di wawancarai oleh wartawan majalah Nuqtoh beliau menceritakan bahwa dirinya sejak kecil tidak kefikiran punya cita-cita jadi kiai apalagi memimpin pesantren tetapi cita-citanya sejak kecil adalah ingin menjadi seorang jagoan. Keinginanya yang sangat kuat inilah membuat ia sangat gigih didalam mendalami ilmu kanuragan atau bela diri bahkan setiap ada orang yang terkenal jago silat pasti ia datangi. Berbekal ilmunya tersebut Ali berusaha menjadi jagoan jalanan di Surabaya dan akhirnya ia pun hijrah ke Jakarta. Dan di Jakarta ia menjadi tukang pukul salah satu perusahaan bahkan karena kemampuanya berkelahi yang tidak terkalahkan ia pernah dikontrak oleh Edi Tansil untuk mengamankan proyek besar. Ternyata hidayah merubah jalan hidup jagoan ini ia bertemu dengan salah seorang ikhwan TQN dan entah apa yang terjadi didalam hatinya terbesit ingin bertemu dengan Abah Anom Mursyid Toriqoh Qodiriyyah Wannaqsyabandiyah. Iapun pergi dari Jakarta bermaksud menemui Abah Anom, dan maksudnya pun terlaksana dan ia mendapat Talqin Dzikir oleh Abah Anom setelah itu abah anom menyuruhnya pulang. Rupanya hatinya berkecamuk dan iapun mengeluh “jauh-jauh datang dari Jakarta Cuma diajarin dzikir ,….huh….”. Tetapi apa yang terjadi setelah ada dalam perjalanan mulutnya terasa terkunci, enggan berbicara kepada siapapun, bahkan ia disangka orang stress…dari diamnya ia inilah ia merasa abah anom selalu disampingnya dan mengajarinya berbagai macam ilmu tentang agama dan entah kenapa setelah mulut mau berbicara kembali ia sudah bisa ceramah mengenai ilmu-ilmu agama. Akhirnya beliau mendirikan pesantren dan mendapat Khirqah sebagai wakil talqin Abah Anom di Surabaya.

ABAH ANOM DAN PEMUDA JAGO SILAT

             Diceritakan oleh KH Komaruddin yang merupakan wakil talqin senior Abah Anom beliau menuturkan bahwa ada salah seorang pemuda jago di dunia persilatan ( beliau KH Komaruddin tidak menyebutkan nama pemuda tersebut). Pemuda tersebut  suatu hari mendatangi Mursyid Kammil Mukammil Syekh Ahmad Shohibul wafa’tajul Arifiin (Abah Anom ) dengan maksud menantang untuk berduel denganya, hal ini karena pemuda tersebut mendengar kemasyhuran Abah Anom. Tetapi Abah Anom dengan suara lembutnya menolak tantangan pemuda tersebut, seraya mengatakan bahwa Abah tiada bisa apa-apa…. Setelah beberapa kali mendapat tolakan dari abah anom ternyata pemuda tersebut semakin geram dan marah, sehingga ia berusaha menerjang badan Abah Anom yang yang sedang duduk bersila, tetapi apa yang terjadi …pemuda tersebut terpental seraya menjerit………aing jin ……aing jin…..aing jin,…..aing jin,…….padahal Abah Anom tiada bergerak dari tempat duduknya.
ABAH ANOM DAN UPAYA PEMULIHAN KORBAN PENYALAH GUNAAN NARKOBA
Dalam rangka memberikan andil terhadap bangsa dan Negara Abah Anom memiliki peram serta dengan merintis dan membentuk sebuah lembaga yang khusus menangani dan menyembuhkan para korban kecanduan NARKOBA yang disebut dengan INABAH. Metode yang diterapkan oleh Abah Anom di dalam INABAH menggunakan metode dzikir dan shalat serta mandi taubat yang merupakan amalan TQN Suryalaya, dengan metode ini ribuan pecandu NARKOBA berhasil disembuhkan bahkan INABAH sekarang sudah berkambang ke beberapa daerah di Indonesia dan mancanegara.

ABAH ANOM TELAH ADA DALAM PENGLIHATAN BATIN SYEKH TOLHAH KALISAPU CIREBON


Syekh Abdullah Mubarrok Bin Nur Muhammad ( Abah Sepuh ) ayahanda sekaligus guru Abah Anom

       Syekh Abdullah Mubarak bin Nur Muhammad r.a, diangkat menjadi mursyid di Mesjid Kholwat oleh Syeikh Tolhah r.a. dari Kalisapu Cirebon. Kemudian beberapa tahun setelah itu, Syeikh Tholhah r.a menyuruh beliau untuk mendirikan pesantren dan diamanati dengan nama Pesantren itu SURYALAYA yang artinya TEMPAT CAHAYA juga amanat agar pesantren itu dikembangkan, karena dalam pandangannya, Pesantren dengan nama Suryalaya ini nantinya akan menjadi pusat perkembangan Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah di manca negara oleh putranya kelak yakni Syekh Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin ( Abah Anom )
      Diceritakan ketika Syeikh Abdullah Mubarok ( Abah Sepuh ) pulang berguru dari pulau Madura kepada Syeikh Kholil Bangkalan Abah Sepuh langsung naik perahu tanpa dibekali dayung atau layar, dengan hanya bekal sholawat Bani Hasyim yang dibacanya sepanjang perjalanan, beliau sampai ke Cirebon. Artinya perahunya dijalankan hanya dengan bacaan sholawat Bani Hasyim yang beliau dapatkan dari gurunya Syeikh Kholil Bangkalan.


SHALAWAT BANI HASYIM
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى النَّبِىِّ الْهَاشِمِىِّ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمً
Artinya :
Ya Allah, Berikanlah rahmat serta salam kepada seorang nabi keturunan Bangsawan Hasyim,
yakni Muhammad beserta keluarganya, semogalah tetap selamat dan sejahtera.

Silsilah Muktabar Thoriqoh Qodiriyah Wannaqsyabandiyyah Suryalaya
Robbul Arbaabi Wamu tqurroobi Allah SWT
Sayyiduna Jibriil a.s
Sayyiduna Muhammad SAW
Sayyiduna Aliyyu Karomallahu Waj’hah
Sayyiduna Husain r. a
Sayyiduna Zainal Abidin r.a
Sayyiduna Muhammadul Baaqir r.a
Sayyiduna Imam Musa Al kadziim ra
Sayyiduna Imam Musa Al kadziim ra
Sayyiduna  Abul hasani Aliyyubnu Musa ArRidho ra
Syekh Ma’rufil Karkhi ra
Syekh Sirri Saqthii ra
Syekh Abul Qaasim Junaidi Al Baghdaadi ra
Syekh Abu Bakar Diifisyibili ra
Syekh Abul Fadli A.W  Atamimi ra
Syekh Abul Fraji Alturthuushi ra
Syekh Abul Hasan Aliyyubnu Yuusuufal Qirsli Alkhaari ra
Syekh Abu Sa’id Almubarrak Ibnu Alliyyu Almakhzuumi ra
Syekh Abdul Qoodir Al- Jaelani. Qsa
Syekh Abul Aziiz ra
Syekh Muhmmad Hattaak ra
Syekh Syamsuddin ra
Syekh Syaroffuddin ra
Syekh Nuuruddiin ra
Syekh Waliyyuddin. Ra
Syekh Hisyammuddin ra
Syekh Yahya ra
Syekh Abu Bakr ra
Syekh Abdurrohiim ra
Syekh Utsman ra
Syekh Abdul Fattah ra
Syekh Muhammad Muraad ra
Syekh Syamsuddiin ra
Syekh Ahmad KHaatib Syambas Ibni Abdil Ghofar ra
Syekh Tholhah ra Cirebon
Syekh Abdulah Mubarrak Bin Nur Muhammad ra ( Abah Sepuh )
Syekh Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin ( Abah Anom )

KEMULIAAN ABAH ANOM
MENURUT ( GURU SEKUMPUL ) ALLAMAH AL ‘ARIF BILLAH SYEKH M. ZAINI ABD. GHANI MURSYID TAREKAT SAMMANNIYYAH

Ada cerita menarik dari Subhan seorang Dosen IAILM Suryalaya pernah silaturahmi kepada Tuan Guru Ijai Martapura Kalimantan Selatan. Di kisahkan Tuan guru Ijai menyampaikan bahwa SYEH A. SHOHIBUL WAFA TAJUL ARIFIN ADALAH LAUTAN THORIQOH, hal ini disampaikan kepada Pangersa Abah Anom kemudian di balas oleh Abah Anom bahwa Tuan Guru Ijai adalah LAUTAN ILMU ....













Al 'Arif Billah Syekh Muhammad Zaini Abd. Ghani al Aidrus Martapura (kanan) dan Al 'Arif Billah Sayyid Muhammad al Maliki al Hasani as Syadzily Mekah

‘Alimul ‘allamah Al ‘Arif Billah Syekh M. Zaini Abd. Ghani adalah seorang ulama yang menghimpun antara thariqat dan haqiqat, dan beliau seorang yang Hafazh AI-Quran beserta hafazh Tafsirnya, yaitu Tafsir Al-Quran Al-‘Azhim Lil-Imamain Al-Jalalain. Beliau seorang yang “mahfuzh”, yaitu suatu keadaan yang sangat jarang sekali terjadi, kecuali bagi orang orang yang sudah dipilih oleh Allah SWT. beliau tidak pernah ihtilam.
Pada usia 9 tahun di malam jumat beliau bermimpi melihat sebuah kapal besar turun dari langit. Di depan pintu kapal berdiri seorang penjaga dengan jubah putih dan di gaun pintu masuk kapal tertulis “Safinah al-Auliya”. Beliau ingin masuk, tapi dihalau oleh penjaga hingga tersungkur. Beliaupun terbangun. Pada malam jum’at berikutnya, beliau kembali bermimpi hal serupa. Dan pada malam jumat ketiga, beliau kembali bermimpi serupa. Tapi kali ini beliau dipersilahkan masuk dan disambut oleh salah seorang syaikh. Ketika sudah masuk beliau melihat masih banyak kursi yang kosong. Ketika beliau merantau ke tanah Jawa untuk mencari ilmu, tak disangka orang yang pertama kali menyambut beliau dan menjadi guru adalah orang yang menyambut beliau dalam mimpi tersebut.
Dalam usia 10 tahun sudah mendapat khususiat dan anugerah dari Tuhan berupa Kasyaf Hissi yaitu melihat dan mendengar apa-apa yang ada di dalam atau yang terdinding. Pernah rumput-rumputan memberi salam kepada beliau dan menyebutkan manfaatnya untuk pengobatan dari beberapa penyakit, begitu pula batu-batuan dan besi.
Di masa remaja 'Alimul 'allamah Al 'Arif Billah Asy-Syekh H. M. Zaini Abd Ghani pernah bertemu dengan Saiyidina Hasan dan Saiyidina Husin yang keduanva masing-masing membawakan pakaian dan memasangkan kepada beliau lengkap dengan sorban dari lainnya. Dan beliau ketika itu diberi nama oleh keduanya dengan nama Zainal 'Abidin.